Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari hampir 13 ribu
pulau yang tersebar dari ujung barat di kota Sabang hingga ke timur kota
Merauke, saat ini dapat dikatakan bahwa pembangunannya masih belum merata dalam
berbagai bidang. Seperti yang kita ketahui bahwa roda pembangunan masyarakat,
baik itu pemerintahan, ekonomi, dan juga kependidikan khususnya masih terfokus
di beberapa pulau besar, seperti Jawa, Bali dan Sumatra. Padahal selain pulau-pulau
itu masih banyak pulau-pulau lain terutama pulau dan daerah terluar yang
pembangunannya masih sangat lambat. Belum adanya akses listrik, jaringan
telekomunikasi, sulitnya medan dan minimnya transportasi menjadi penghambat
selama ini. Pemerataan menjadi hal yang mutlak dilakukan oleh pemerintah saat
ini. Kementerian Pendidikan Nasional, dalam hal ini Dirjen Dikti mencoba
melakukan terobosan baru untuk menjawab masalah pelik ini, terutama dalam
mengatasi kekurangan tenaga pendidik di daerah 3T(terdepan, Terluar, dan
tertinggal).
Siswa di daerah 3T kabupaten Maluku Barat Daya |
Pada
pertengahan 2011, Dikti meluncurkan sebuah program baru yang bernama SM-3T,
kepanjangan dari Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal. Program
ini adalah rencana jangka panjang Dikti
dalam rangka pemerataan pendidikan di daerah 3T yang pesertanya dikhususkan
bagi para sarjana muda bidang ilmu kependidikan yang berusia maksimal 28 tahun
dan masih lajang yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengabdikan diri di
daerah 3T. Mereka yang berminat mengikuti program ini diseleksi terlebih dahulu
dan yang lolos diberikan pelatihan ketahanmalangan singkat sebelum akhirnya
diberangkatkan ke tempat tugas. Para lulusan sarjana yang kebanyakan dari
universitas-universitas keguruan (IKIP) ini nantinya akan ditugaskan untuk
mengajar selama satu tahun di sekolah-sekolah daerah 3T yang ditentukan oleh
Dikti. Mereka mendapatkan fasilitas biaya hidup selama tugas dan juga tiket
untuk berangkat dan pulang dari tempat tugas. Seusai melaksanakan tugasnya, mereka
nantinya akan kembali ke kampus yang telah ditentukan oleh Dikti untuk digembleng
menjadi guru profesional dalam wadah Pendidikan Profesi Guru.
Siswa SMA sedang membuat tiang bendera dari bambu |
Program SM-3T yang telah memasuki tahun kelima ini dinilai memberikan
banyak manfaat bagi siswa dan masyarakat di daerah 3T. Meskipun terkendala
berbagai masalah di lapangan, program ini dianggap berhasil di dalam
penerapannya di masyarakat. Program yang oleh banyak kalangan diasumsikan
meniru konsep program Indonesia Mengajar ini telah menggugah semangat pemuda pemudi
Indonesia, khususnya para sarjana-sarjana muda bidang kependidikan yang ingin
mendedikasikan ilmunya bagi anak-anak di daerah terpencil. Gambaran bahwa
daerah 3T merupakan daerah yang terpencil, jauh dari keramaian dan zona nyaman
tidak membuat nyali mereka menjadi ciut. Namun mereka semakin gigih berjuang
dalam keterbatasan yang ada. Kekurangan bahkan ketiadaan guru, tidak adanya
buku-buku penunjang kegiatan belajar mengajar yang memadai, kondisi gedung
sekolah yang bobrok, hingga perbedaan kultur budaya dan agama tidak membuat
para calon guru ini menyerah. Dengan dukungan masyarakat setempat yang dengan
senang hati membantu, mereka pantang mundur memberikan segala upaya untuk mendidik
anak-anak bangsa.
Guru SM3-T memimpin apel pagi |
Dampak positif
yang luar biasa diberikan untuk kemajuan daerah 3T, selain memenuhi kebutuhan
pokok siswa yakni mengajar, para pendidik muda ini juga banyak membantu
administrasi sekolah yang selama ini morat-marit. Bahkan mereka juga turut
berperan aktif dalam kegiatan bermasyarakat, seperti kerja bakti, ikut serta
dalam kegiatan keagamaan, membantu administrasi di pemerintahan desa atau
kecamatan, melestarikan kebudayaan setempat, dan kegiatan-kegiatan sosial
lainnya. Banyak tanggapan positif yang muncul setelah adanya program ini,
bahkan beberapa pemerintah daerah setempat meminta perpanjangan kontrak untuk
memenuhi kebutuhan guru disana. Harapan yang nantinya muncul adalah program ini
terus berlanjut, sehingga diharapkan saling memberikan keuntungan bagi semua pihak.
Anak-anak di daerah 3T mendapatkan pendidikan yang layak, pemerintah baik
daerah maupun pusat terbantu dengan program ini, serta para peserta SM-3T mendapatkan
pengalaman berharga yang nantinya akan menjadi bekal mereka sebagai calon guru
yang ikhlas dalam mendidik dan mengajar.
Rico
Ady Sya’bana
Universitas
Negeri Surabaya
(Peserta
SM-3T 2012 penempatan Kab. Maluku Barat Daya)
No comments:
Post a Comment