Tuesday, 9 June 2015

SM3-T, Ujung Tombak Pendidikan Indonesia

                Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari hampir 13 ribu pulau yang tersebar dari ujung barat di kota Sabang hingga ke timur kota Merauke, saat ini dapat dikatakan bahwa pembangunannya masih belum merata dalam berbagai bidang. Seperti yang kita ketahui bahwa roda pembangunan masyarakat, baik itu pemerintahan, ekonomi, dan juga kependidikan khususnya masih terfokus di beberapa pulau besar, seperti Jawa, Bali dan Sumatra. Padahal selain pulau-pulau itu masih banyak pulau-pulau lain terutama pulau dan daerah terluar yang pembangunannya masih sangat lambat. Belum adanya akses listrik, jaringan telekomunikasi, sulitnya medan dan minimnya transportasi menjadi penghambat selama ini. Pemerataan menjadi hal yang mutlak dilakukan oleh pemerintah saat ini. Kementerian Pendidikan Nasional, dalam hal ini Dirjen Dikti mencoba melakukan terobosan baru untuk menjawab masalah pelik ini, terutama dalam mengatasi kekurangan tenaga pendidik di daerah 3T(terdepan, Terluar, dan tertinggal).
Siswa di daerah 3T kabupaten Maluku Barat Daya
Pada pertengahan 2011, Dikti meluncurkan sebuah program baru yang bernama SM-3T, kepanjangan dari Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal. Program ini  adalah rencana jangka panjang Dikti dalam rangka pemerataan pendidikan di daerah 3T yang pesertanya dikhususkan bagi para sarjana muda bidang ilmu kependidikan yang berusia maksimal 28 tahun dan masih lajang yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengabdikan diri di daerah 3T. Mereka yang berminat mengikuti program ini diseleksi terlebih dahulu dan yang lolos diberikan pelatihan ketahanmalangan singkat sebelum akhirnya diberangkatkan ke tempat tugas. Para lulusan sarjana yang kebanyakan dari universitas-universitas keguruan (IKIP) ini nantinya akan ditugaskan untuk mengajar selama satu tahun di sekolah-sekolah daerah 3T yang ditentukan oleh Dikti. Mereka mendapatkan fasilitas biaya hidup selama tugas dan juga tiket untuk berangkat dan pulang dari tempat tugas. Seusai melaksanakan tugasnya, mereka nantinya akan kembali ke kampus yang telah ditentukan oleh Dikti untuk digembleng menjadi guru profesional dalam wadah Pendidikan Profesi Guru.
Siswa SMA sedang membuat tiang bendera dari bambu
Program SM-3T  yang telah memasuki tahun kelima ini dinilai memberikan banyak manfaat bagi siswa dan masyarakat di daerah 3T. Meskipun terkendala berbagai masalah di lapangan, program ini dianggap berhasil di dalam penerapannya di masyarakat. Program yang oleh banyak kalangan diasumsikan meniru konsep program Indonesia Mengajar ini telah menggugah semangat pemuda pemudi Indonesia, khususnya para sarjana-sarjana muda bidang kependidikan yang ingin mendedikasikan ilmunya bagi anak-anak di daerah terpencil. Gambaran bahwa daerah 3T merupakan daerah yang terpencil, jauh dari keramaian dan zona nyaman tidak membuat nyali mereka menjadi ciut. Namun mereka semakin gigih berjuang dalam keterbatasan yang ada. Kekurangan bahkan ketiadaan guru, tidak adanya buku-buku penunjang kegiatan belajar mengajar yang memadai, kondisi gedung sekolah yang bobrok, hingga perbedaan kultur budaya dan agama tidak membuat para calon guru ini menyerah. Dengan dukungan masyarakat setempat yang dengan senang hati membantu, mereka pantang mundur memberikan segala upaya untuk mendidik anak-anak bangsa.




Guru SM3-T memimpin apel pagi

Dampak positif yang luar biasa diberikan untuk kemajuan daerah 3T, selain memenuhi kebutuhan pokok siswa yakni mengajar, para pendidik muda ini juga banyak membantu administrasi sekolah yang selama ini morat-marit. Bahkan mereka juga turut berperan aktif dalam kegiatan bermasyarakat, seperti kerja bakti, ikut serta dalam kegiatan keagamaan, membantu administrasi di pemerintahan desa atau kecamatan, melestarikan kebudayaan setempat, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Banyak tanggapan positif yang muncul setelah adanya program ini, bahkan beberapa pemerintah daerah setempat meminta perpanjangan kontrak untuk memenuhi kebutuhan guru disana. Harapan yang nantinya muncul adalah program ini terus berlanjut, sehingga diharapkan saling memberikan keuntungan bagi semua pihak. Anak-anak di daerah 3T mendapatkan pendidikan yang layak, pemerintah baik daerah maupun pusat terbantu dengan program ini, serta para peserta SM-3T mendapatkan pengalaman berharga yang nantinya akan menjadi bekal mereka sebagai calon guru yang ikhlas dalam mendidik dan mengajar.

Rico Ady Sya’bana
Universitas Negeri Surabaya

(Peserta SM-3T 2012 penempatan Kab. Maluku Barat Daya)

No comments:

Post a Comment