Kampus
P3G (Program Pengembangan Profesi Guru) Unesa, saat ini menjadi kampus impian bagi para mahasiswa S1 lulusan LPTK
(Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Bahkan peminatnya tidak hanya lulusan
sarjana kependidikan atau non-kependidikan yang ingin menjadi guru, tetapi juga
para guru PNS-non PNS yang telah mengajar bertahun-tahun di sekolah namun belum
mempunyai sertifikat profesi. Namun, ribuan lulusan S1 ini harus mengikuti
persyaratan yang sangat berat untuk dapat menimba ilmu di tempat ini, karena
hingga saat ini program PPG (Pendidikan Profesi Guru) masih diperuntukkan bagi lulusan sarjana
kependidikan yang mengikuti program SM3-T.
Gedung P3G Unesa |
PPG Unesa baru dibuka mulai tahun 2013,
yang menampung para sarjana SM3-T Unesa angkatan I yang sebelumnya telah
mengabdi di kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. PPG Unesa Angkatan I
telah meluluskan 259 peserta. Sedangkan pada akhir Maret 2014, PPG Angkatan 2
dimulai. Pesertanya tidak hanya dari LPTK Unesa, tetapi juga dari LPTK-LPTK
lain di Indonesia, diantaranya Unsyiah, UM, Undiksha, UNG, UNM, dan Undana.
Mereka harus mengikuti PPG di Unesa karena plotting dari Dikti yang
mengharuskan mereka di Unesa. Hal ini dikarenakan prodi-prodi itu tidak dibuka
di kampus tersebut. Program PPG angkatan II Unesa saat ini membuka 9 prodi,
yaitu Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa Indonesia, Penjaskes,
Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sejarah, Bimbingan
Konseling, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Perkuliahan PPG harus ditempuh selama 1 tahun atau 2 semester, tetapi khusus
Prodi PGSD hanya akan menjalani program ini selama 1 semester.
Selama
perkuliahan, peserta tidak diperbolehkan tinggal di kos-kosan atau di luar
lingkungan kampus, melainkan harus menempati asrama yang telah disediakan oleh
pihak kampus. Rusunawa Unesa menjadi tempat tinggal bagi peserta putri selama
mengikuti PPG. Sedangkan peserta putra ditempatkan di asrama PGSD yang letaknya
berdekatan dengan asrama putri. Jarak kedua asrama ini cukup dekat sehingga
cukup berjalan kaki untuk menuju ke kampus. Di lingkungan asrama, seluruh
peserta harus mentaati peraturan asrama dan menjalani kegiatan-kegiatan yang
ada, agar output yang dihasilkan mampu menumbuhkan sikap sebagai seorang guru
profesional yang berkarakter.
Setelah menyelesaikan pengabdian SM3-T
angkatan II di kabupaten Maluku Barat Daya September 2013, saat itu aku harus
menunggu sekitar 6 bulan sebelum menempuh PPG pra jabatan pasca SM3-T di
Unesa. Saat ini tidak terasa aku telah
menyelesaikan perkuliahan di Pendidikan Profesi
Guru (PPG) Unesa. Seluruh
peserta menjalani workshop di kampus pada semester 1 dan semester berikutnya melaksanakan PPL (Program Pengenalan Lapangan) di
sekolah-sekolah negeri di Surabaya. Setelah menjalani program
PPG ini, aku merasakan suatu pengalaman yang sebelumnya tidak pernah aku
dapatkan. Perkuliahan berupa workshop dan peerteaching yang menunjang wawasan
akademis, kehidupan berasrama yang menciptakan kebersamaan, serta
kegiatan-kegiatan ekstra yang menumbuhkan jiwa kepemimpinan dan kedisiplinan
sungguh merupakan pengalaman dan kesan berharga.
Kegiatan Pramuka mahasiswa PPG |
Kenyataannya, ketika menjalani awal-awal
perkuliahan, aku merasakan kompetisi yang sangat berat diantara kami para
peserta PPG. Masing-masing dari kami ingin menunjukkan agar bisa menjadi yang
terbaik. Baik dalam hal akademis maupun non-akademis. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu, kamipun menyadari bahwa ego untuk menjadi yang terbaik malah
pada akhirnya akan dapat menimbulkan suatu perpecahan diantara kami. Padahal,
di tengah-tengah perjalanan program ini, berbagai kendala dan kebosanan sempat
melanda. Mulai dari aktifitas perkuliahan yang menjemukkan, fasilitas asrama
yang serba terbatas, serta kegiatan-kegiatan yang menguras habis tenaga serta
pikiran. Ditambah dengan keegoisan diantara para peserta PPG itu sendiri,
sempat terpikir olehku apakah aku mampu menjalani semua program ini.
Akupun
mencoba berpikir, ketika menjalani SM-3T di kabupaten Maluku Barat Daya,
beban yang aku sandang juga tidak ringan. Saat itu aku dengan teman-teman sepenempatan
harus mengabdi di suatu sekolah yang bahkan sudah vakum dan hampir bubar. Saat
itu dengan bantuan semua pihak akhirnya sekolah itu dapat beraktifitas kembali
dan saat ini telah dapat berkembang. Akupun menyadari bahwa jika ada suatu
permasalahan, seberat apapun itu, memang semestinya dapat diatasi dengan
kebersamaan, gotong royong. Dengan modal semangat kebersamaan itulah, kami semua bertahan dan menjalani seluruh rangkaian kegiatan di PPG
ini dengan baik.
Seminar Literasi di gedung PPG |
Kesan yang aku dapat selama mengikuti
program PPG ini adalah pelajaran pembentukan sikap, tanggungjawab,
kedisiplinan, hingga kepedulian yang erat diantara sesama peserta. Program PPG
ini pada dasarnya adalah untuk membentuk karakter sebagai seorang guru, bukan
hanya sebagai guru biasa, tetapi inilah tempat yang diharapkan sebagai kawah
candradimuka untuk menggembleng lulusan-lulusan LPTK terbaik yang memiliki
keikhlasan menjadi seorang guru yang profesional. Guru profesional yang
dimaksud adalah memiliki integritas dan kapasitas serta kompetensi yang layak
sebagai seorang guru. Karakter seorang guru juga harus baik, bertanggungjawab
dan disiplin dalam menjalankan tugas-tugasnya. Oleh karena itu, lulusan PPG diharapkan benar-benar
menjadi guru profesional.
Rico
Ady S. (Alumni Prodi Pendidikan Bahasa Inggris-PPG UNESA 2014)
Semangat dalam pengabdian... Informasi yang sangat berharga & bermanfaat. Ayo semangat NgeBlog !
ReplyDeleteTerimakasih pak didik....smoga bs terus mmposting artikel bermanfaat...
Delete