Sunday, 14 June 2015

Kesan selama menjalani Program Pendidikan Profesi Guru di Unesa

Kampus P3G (Program Pengembangan Profesi Guru) Unesa, saat ini menjadi kampus impian bagi para mahasiswa S1 lulusan LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Bahkan peminatnya tidak hanya lulusan sarjana kependidikan atau non-kependidikan yang ingin menjadi guru, tetapi juga para guru PNS-non PNS yang telah mengajar bertahun-tahun di sekolah namun belum mempunyai sertifikat profesi. Namun, ribuan lulusan S1 ini harus mengikuti persyaratan yang sangat berat untuk dapat menimba ilmu di tempat ini, karena hingga saat ini program PPG (Pendidikan Profesi Guru) masih diperuntukkan bagi lulusan sarjana kependidikan yang mengikuti program SM3-T.
Gedung P3G Unesa
PPG Unesa baru dibuka mulai tahun 2013, yang menampung para sarjana SM3-T Unesa angkatan I yang sebelumnya telah mengabdi di kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. PPG Unesa Angkatan I telah meluluskan 259 peserta. Sedangkan pada akhir Maret 2014, PPG Angkatan 2 dimulai. Pesertanya tidak hanya dari LPTK Unesa, tetapi juga dari LPTK-LPTK lain di Indonesia, diantaranya Unsyiah, UM, Undiksha, UNG, UNM, dan Undana. Mereka harus mengikuti PPG di Unesa karena plotting dari Dikti yang mengharuskan mereka di Unesa. Hal ini dikarenakan prodi-prodi itu tidak dibuka di kampus tersebut. Program PPG angkatan II Unesa saat ini membuka 9 prodi, yaitu Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa Indonesia, Penjaskes, Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sejarah, Bimbingan Konseling, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Perkuliahan PPG harus ditempuh selama 1 tahun atau 2 semester, tetapi khusus Prodi PGSD hanya akan menjalani program ini selama 1 semester.
Selama perkuliahan, peserta tidak diperbolehkan tinggal di kos-kosan atau di luar lingkungan kampus, melainkan harus menempati asrama yang telah disediakan oleh pihak kampus. Rusunawa Unesa menjadi tempat tinggal bagi peserta putri selama mengikuti PPG. Sedangkan peserta putra ditempatkan di asrama PGSD yang letaknya berdekatan dengan asrama putri. Jarak kedua asrama ini cukup dekat sehingga cukup berjalan kaki untuk menuju ke kampus. Di lingkungan asrama, seluruh peserta harus mentaati peraturan asrama dan menjalani kegiatan-kegiatan yang ada, agar output yang dihasilkan mampu menumbuhkan sikap sebagai seorang guru profesional yang berkarakter.
Setelah menyelesaikan pengabdian SM3-T angkatan II di kabupaten Maluku Barat Daya September 2013, saat itu aku harus menunggu sekitar 6 bulan sebelum menempuh PPG pra jabatan pasca SM3-T di Unesa.  Saat ini tidak terasa aku telah menyelesaikan perkuliahan di Pendidikan Profesi Guru (PPG) Unesa.  Seluruh peserta menjalani workshop di kampus pada semester 1 dan semester berikutnya melaksanakan PPL (Program Pengenalan Lapangan) di sekolah-sekolah negeri di Surabaya. Setelah menjalani program PPG ini, aku merasakan suatu pengalaman yang sebelumnya tidak pernah aku dapatkan. Perkuliahan berupa workshop dan peerteaching yang menunjang wawasan akademis, kehidupan berasrama yang menciptakan kebersamaan, serta kegiatan-kegiatan ekstra yang menumbuhkan jiwa kepemimpinan dan kedisiplinan sungguh merupakan pengalaman dan kesan berharga.
Kegiatan Pramuka mahasiswa PPG
Kenyataannya, ketika menjalani awal-awal perkuliahan, aku merasakan kompetisi yang sangat berat diantara kami para peserta PPG. Masing-masing dari kami ingin menunjukkan agar bisa menjadi yang terbaik. Baik dalam hal akademis maupun non-akademis. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, kamipun menyadari bahwa ego untuk menjadi yang terbaik malah pada akhirnya akan dapat menimbulkan suatu perpecahan diantara kami. Padahal, di tengah-tengah perjalanan program ini, berbagai kendala dan kebosanan sempat melanda. Mulai dari aktifitas perkuliahan yang menjemukkan, fasilitas asrama yang serba terbatas, serta kegiatan-kegiatan yang menguras habis tenaga serta pikiran. Ditambah dengan keegoisan diantara para peserta PPG itu sendiri, sempat terpikir olehku apakah aku mampu menjalani semua program ini.
Akupun mencoba berpikir, ketika menjalani SM-3T di kabupaten Maluku Barat Daya, beban yang aku sandang juga tidak ringan. Saat itu aku dengan teman-teman sepenempatan harus mengabdi di suatu sekolah yang bahkan sudah vakum dan hampir bubar. Saat itu dengan bantuan semua pihak akhirnya sekolah itu dapat beraktifitas kembali dan saat ini telah dapat berkembang. Akupun menyadari bahwa jika ada suatu permasalahan, seberat apapun itu, memang semestinya dapat diatasi dengan kebersamaan, gotong royong. Dengan modal semangat kebersamaan itulah,  kami semua bertahan dan menjalani seluruh rangkaian kegiatan di PPG ini dengan baik.
Seminar Literasi di gedung PPG
Kesan yang aku dapat selama mengikuti program PPG ini adalah pelajaran pembentukan sikap, tanggungjawab, kedisiplinan, hingga kepedulian yang erat diantara sesama peserta. Program PPG ini pada dasarnya adalah untuk membentuk karakter sebagai seorang guru, bukan hanya sebagai guru biasa, tetapi inilah tempat yang diharapkan sebagai kawah candradimuka untuk menggembleng lulusan-lulusan LPTK terbaik yang memiliki keikhlasan menjadi seorang guru yang profesional. Guru profesional yang dimaksud adalah memiliki integritas dan kapasitas serta kompetensi yang layak sebagai seorang guru. Karakter seorang guru juga harus baik, bertanggungjawab dan disiplin dalam menjalankan tugas-tugasnya. Oleh karena itu, lulusan PPG diharapkan benar-benar menjadi guru profesional.


Rico Ady S. (Alumni Prodi Pendidikan Bahasa Inggris-PPG UNESA 2014)

2 comments:

  1. Semangat dalam pengabdian... Informasi yang sangat berharga & bermanfaat. Ayo semangat NgeBlog !

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih pak didik....smoga bs terus mmposting artikel bermanfaat...

      Delete