Showing posts with label hobby. Show all posts
Showing posts with label hobby. Show all posts

Wednesday, 22 February 2017

BERJUANG MENGHADAPI KOMPETISI ; PERTANDINGAN BOLA VOLI DAN BOLA KAKI DI DESA MAHALETA


                Lelang, 25 Maret 2013
Siswa sedang berlatih voli dalam kegiatan ekstrakurikuler bersama guru pendamping sebelum bertanding di kompetisi sesungguhnya
                Selasa, 19 Maret 2013, kami para siswa dan guru SMP-SMA Mdona Hyera mengikuti kompetisi pertandingan bola voli dan sepak bola yang orang Maluku menyebutnya bola kaki yang diadakan oleh angkatan muda/pemuda desa Mahaleta, sebuah kompetisi olahraga yang mungkin paling ramai di Pulau Sermata pada tahun ini. Kompetisi ini tidak hanya diikuti oleh para pelajar, tetapi juga untuk masyarakat umum. Pesertanya juga tidak hanya dari desa setempat, tetapi desa tetangga seperti desa Lelang tempat tugas kami juga ikut berpartisipasi dalam kompetisi tersebut. Seperti kebanyakan daerah-daerah lain di Indonesia, permainan bola voli dan bola kaki (sepak bola) juga sangat digemari oleh masyarakat di pulau Sermata. Di sekolah tempat kami mengajar, bola voli adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang kami adakan tiga kali dalam seminggu. Yang menjadi pembina ekstra voli ini adalah salah satu guru SM-3T yang mengajar di SMP Negeri 2 Mdona Hyera, M. Eko Tirto. Kebetulan dia adalah seorang guru mata pelajaran penjas yang juga dulu pernah menjadi atlet voli. Para siswa kami juga sangat antusias dan giat berlatih untuk menghadapi kompetisi tersebut.
Anak-anak berebut naik oto (truk) saat perayaan tahun baru 2013
                Pukul 14.00 sebelum berangkat ke desa Mahaleta, kami lebih dahulu berkumpul di rumah Bpk. Ateng, salah satu warga yang juga merupakan pengusaha setempat. Disana kami menunggu angkutan yang akan menuju ke desa Mahaleta. Angkutan yang akan kami tumpangi ini tidak seperti yang kita bayangkan di pulau Jawa yang moda transportasi antar daerah sangat baik lancar. Di desa Lelang ini hanya ada sebuah kendaraan berupa truk yang merupakan program PNPM yang telah dihibahkan untuk pihak desa.
Truk yang biasa disebut mobil atau oto oleh warga setempat ini juga baru datang ke desa ini sekitar bulan Desember tahun lalu dan hanya bisa digunakan di jalan baru yang menghubungkan desa Lelang dan desa Mahaleta, satu-satunya jalan yang bisa dilalui kendaraan di pulau Sermata ini. Selain sebuah oto, hanya ada beberapa sepeda motor dan sebuah sepeda motor  angkut (Tossa) yang ada di desa Lelang yang bisa diandalkan untuk perjalanan darat.
Setelah menunggu sekitar satu jam, akhirnya kendaraan yang dinanti pun tiba. Sangat di luar dugaan ternyata oto itu pun sudah penuh sesak dengan masyarakat desa Lelang yang juga ingin menyaksikan pertandingan itu.  Akhirnya karena tidak muat, penumpang dibagi menjadi dua gelombang keberangkatan. Para pemain bola voli dan bola kaki serta kami para guru sebagai pendamping berangkat lebih dulu karena akan segera bermain. Sedangkan warga masyarakat yang ingin menyaksikan dan mendukung kami berangkat kemudian.


Tim bola voli putra SMP-SMA Mdona Hyera dan guru pendamping SM-3T berfoto bersama sebelum berangkat ke desa Mahaleta untuk bertanding di kompetisi

                Setengah jam perjalanan kami sudah sampai di desa Mahaleta. Perjalanan yang memang sebentar tapi menyengsarakan bagi yang tidak biasa naik kendaraan ini. Naik truk bak terbuka penuh sesak dengan penumpang diatas jalan sirtu yang naik turun bukit serta licin dan bergelombang. Apalagi disisi kiri kanan jalan sempit itu merupakan jurang terjal yang membuat jantung terasa mau copot. Apabila sopir oto itu salah perhitungan sedikit saja maka akibatnya bisa fatal.
                Sekitar pukul 4 sore, kami sampai di Mahaleta. Suasana di lapangan yang terletak di tepi pantai itu sudah cukup ramai. Apalagi setelah kami dan masyarakat Lelang sampai di sana, pertama kalinya melihat warga yang begitu ramai bersorak sorai di pulau Sermata yang sepi tampak tak berpenghuni ini. Tapi kami agak sedikit kecewa karena jadwal main tim voli gabungan SMA-SMP Mdona Hyera yang sedianya melawan tim bola voli dari Mahaleta ternyata tidak jadi bermain hari itu sesuai dengan kabar yang kami terima. Ternyata pada hari itu yang bertanding adalah tim bola kaki. Jadwal pertama adalah pertandingan bola kaki yang mempertemukan antara tim dari Lelang melawan tim Mahaleta. Pertandingan yang seru ini dimenangkan oleh tim bola kaki Lelang dengan skor telak 10-3.
                Setelah pertandingan bola kaki tersebut usai, ternyata ada sebuah usulan pertandingan persahabatan bola voli yang meminta kami untuk bermain melawan tim voli Mahaleta. Usulan yang mempertandingkan antara tim voli putri SMAN 1 Mdona Hyera Lelang melawan tim putri Mahaleta itu akhirnya kami terima dengan senang hati dan menjadi obat kecewa karena jadwal voli putra yang tidak jadi bermain hari itu. Walaupun tanpa persiapan karena memang tidak ada pemberitahuan sebelumnya, tim voli kami bermain dengan semangat.

Melawan tim yang lebih senior dan berpengalaman, tim voli putri SMAN 1 Mdona Hyera yang memang tanpa persiapan ini ternyata mampu meladeni permainan sampai tiga set. Pada set pertama tim kami meraih kemenangan dengan mudah. Kemudian tim lawan merebut set kedua meski dengan selisih skor yang tipis. Tapi pada akhirnya karena kalah pengalaman dan jam bertanding yang kurang, kami memang harus menyerah pada set ketiga dengan skor tambahan. Ini adalah awal perjuangan kami dalam mengarungi pertandingan-pertandingan selanjutnya. Dengan mengikuti kompetisi ini, kami berharap siswa siswi kami mendapatkan pelajaran berharga sebagai bekal untuk terus maju dan berjuang untuk kompetisi yang lebih besar pada masa yang akan datang.

Tuesday, 10 November 2015

Donor Darah, siapa takut??

Aku ingin berbagi sedikit pengalaman terutama bagi kalian yang belum pernah donor darah. Bagi yang takut untuk donor darah, mungkin ceritaku ini bisa membuat kalian semakin takut,hehehe....

Sore itu, sepulang kerja sekitar dua minggu lalu, aku mendatangi kantor PMI kota Sidoarjo di Jalan Pahlawan untuk mendonorkan darah. Setiba disana, ternyata kantor udah tutup dan oleh petugas disarankan pergi ke depan Stadion GOR Delta karena disana ada mobil PMI khusus untuk donor darah. Sesampai disana aku langsung daftar dan cek kadar hemoglobin untuk memastikan kelayakan darah pendonor. Sempet was-was juga, soalnya seminggu sebelumnya aku sudah ditolak donor gara-gara kadar hemoglobin yang rendah dan disarankan banyak makan sayur (hmmm....lumayan kecewa juga sih soalnya baru sekali aku itu ditolak donor).
Alhamdulillah... setelah di tes, ternyata aku dinyatakan layak untuk donor. Setelah aku masuk ke ruangan mobil yang lumayan dingin, kok rasanya deg-degan juga. Memang sih, sudah hampir 6 bulan sejak aku terakhir donor. Padahal aku sebelumnya sudah 7 kali donor darah (2 kali hampir pingsan dan sekali pingsan beneran,hahaha...). Walaupun gitu, aku gak kapok buat donor lagi. Selain memang karena aku niatkan menolong sesama, donor darah itu bagiku sudah menjadi gaya hidup. Sebenarnya donor darah itu juga aku jadikan sebagai “terapi”. Soalnya aku agak sedikit shock kalau lihat darah.
Oke, let’s back to my story... Setelah masuk mobil aku diminta langsung berbaring dan menjulurkan tangan kiri oleh petugas. Bukannya tambah rileks, tapi rasanya kok tambah grogi dan nervous banget. Apalagi ngeliat si petugas ngeluarin suntik donor yang lumayan gede. Buat nenganin pikiran, aku pun berdoa, moga-moga lancar dan gak ada masalah. Tapi memang raut wajah gak bisa diboongi. Habis disuntik dan disedot darahku, si petugas tanya, “mas baik-baik aja kan, kok wajahnya pucat?”
Aku berusaha santai sambil senyum dan bilang, “ndak apa-apa kok mbak” (tapi badanku mulai terasa dingin dan gelisah, tangan kiriku pun terasa mati rasa).
Petugasnya tanya lagi, “pengen muntah ya mas?”
Aku jawab, “ndak kok mbak, cuma rasanya agak terasa dingin dan tangan kayak mati rasa”.
Petugasnya bilang, “oh ya sudah mas, kalau pusing atau mau muntah bilang aja.”
Setelah beberapa menit, aku ngerasa semakin lemas. Sepertinya petugasnya tau kalau aku semakin pucat, belum sampek ¾ kantong darahku (sekitar 250 ml) terisi, transfusi dihentikan sementara. Setelah agak baikan baru dilanjutkan lagi. Setelah kantong terisi penuh, selang transfusi dipotong dan jarum dicabut dari lenganku. Bukannya merasa baikan, tetapi apa yang aku rasain kepala malah semakin pusing, pandangan menjadi gelap dan badan terasa lemas sekali.
Petugas yang tau aku udah mulai teler, siap-siap menyediakan kantung plastik jika sewaktu-waktu aku muntah. Petugas lainnya membuatkan teh hangat, supaya aku tidak dehidrasi. Hampir 15 menit aku berbaring lemas tak berdaya, teh hangat sudah habis kuminum, tapi masih saja badan terasa berat.
Akhirnya setelah setengah jam berbaring, aku mulai kuat untuk menggerakkan badanku. Beberapa saat kemudian aku udah bisa duduk dan berdiri. Petugas donor menanyakan kepadaku, apa sebelumnya aku ada kegiatan berat. Ya emang gak salah juga sih, soalnya minggu sebelumnya aku nganter anak-anak sekolah outbound di kaki gunung. Beberapa hari sebelumnya juga olahraga bersepeda lumayan jauh. Selain itu juga kurang istirahat dan kurang makan makanan yang mengandung zat besi. Trus aku dapat saran, kalau mau donor, pastikan dulu bahwa kita tidak kecapekan. Karena hal tersebut akan menyebabkan risiko badan lemah pasca donor kayak yang aku alami. Badanku baru bener-bener pulih 3 hari setelah donor.
 Itu dia cerita fakta dari pengalaman donor darahku guys. Meskipun aku sering loyo habis donor, aku gak merasa kapok kok,hehehe.... Bagi kalian yang ingin donor darah, saranku cukup jaga kesehatan aja, makan makanan bergizi, istirahat yang cukup dan olahraga yang teratur. Semoga kalian yang belum pernah donor darah tergerak hatinya, karena selain itu merupakan hal yang mulia, kita juga tidak akan tahu bahwa suatu saat juga butuh pertolongan dari orang lain....
Tapi bagi kalian yang masih takut donor, kiranya cukup memberikan sedikit rezeki yang ada karena mumpung ini ada program Bulan Dana PMI, maka bantuan kalian dapat disalurkan lewat program ini. Program dana ini bukan hanya diperuntukkan bagi donor darah aja guys, tapi juga kegiatan kemanusiaan lain, seperti bantuan Dapur umum saat bencana, pelayanan kesehatan, ambulans. Selain itu, PMI juga memberikan pelayanan dukungan psikososial, pemulihan hubungan keluarga, pembinaan generasi muda dan relawan, pengolahan air bersih dan lain sebagainya. Kalian dapat berdonasi ke palang merah dengan no rekening sebagai berikut: Untuk bantuan dapat ditransfer melalui bank-bank sebagai berikut :
  • Bank BCA Kantor Cabang Utama Thamrin Nomo Rekening : 206-38-1794-5 atas nama PMI DKI JAKARTA Panitia Bulan Dana PMI Provinsi DKI Jakarta.
  • Bank MANDIRI Kantor Cabang Kramat Raya Nomor Rekening : 123-00-17091945 atas nama PMI DKI JAKARTA Panitia Bulan Dana PMI Provinsi DKI Jakarta.
  • Bank DKI Kantor Cabang Utama Juanda Nomor Rekening : 101-03-17094-7 atas nama PMI DKI JAKARTA Panitia Bulan Dana PMI Provinsi DKI Jakarta.

Semangat Donor Darah!!!!! Ayo peduli bantu sesama....

Wednesday, 30 September 2015

Mari, Lestarikan Gotong Royong sebagai trademark budaya Bojonegoro!


Perkembangan zaman yang semakin pesat, ditandai dengan kemajuan teknologi dan informasi yang memudahkan seseorang dalam melakukan aktivitasnya tanpa bantuan orang lain. Teknologi komunikasi yang semakin hari semakin canggih, dengan gadget dan alat elektronik sophisticated lainnya membuat manusia dapat berkomunikasi dengan berbagai cara. Saat ini komunikasi tanpa harus face to face (bertatap muka secara langsung) bukanlah hal mustahil untuk dilakukan. Media-media social networking seperti facebook, twitter, BBM, whatsapp dan lain sebagainya perlahan tapi pasti mulai mengubah gaya hidup manusia dalam berinteraksi.
Nyadran (Manganan) di desa Sumberarum, Bojonegoro
Bahkan kegiatan rapat atau musyawarah yang biasanya dilakukan dalam rangka menentukan pilihan atau kebijakan sekarang telah banyak tergantikan fungsinya dengan terbentuknya grup-grup lewat media sosial di facebook, BBM atau whatsapp. Salah satu hal yang paling terkena dampaknya saat ini adalah semangat gotong royong dalam masyarakat Indonesia.
Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan bersama-sama secara sukarela untuk mendapatkan manfaat bersama. Sikap gotong royong lebih mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan individu. Di kota kecil Bojonegoro, kegiatan gotong royong adalah hal lumrah yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk meringankan beban pekerjaan bersama-sama. Kegiatan kerja bakti lingkungan desa, perbaikan jalan, pembuatan gapura, pembangunan tempat ibadah, serta kegiatan-kegiatan lainnya.
Gotong royong warga dalam acara Sedekah Bumi di desa Wajik, Bojonegoro

Namun, perkembangan zaman yang semakin maju, dengan teknologi yang semakin canggih, membuat masyarakat terutama pemuda-pemuda usia produktif, baik yang bermukim di kota maupun di desa sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Hal ini membuat mereka mulai kehilangan rasa kepedulian sosial terhadap masyarakat dan lingkungannya. Mereka merasa cukup bahwa berinteraksi hanya menggunakan gadget. Sikap gotong royong yang dulunya menjadi ciri khas masyarakat di Bojonegoro, terutama para pemuda, sekarang mulai ditinggalkan. Mereka lebih senang mengerjakan pekerjaan mereka sendiri (do individually) dibandingkan bekerja bersama-sama (do together). Sikap individualistis ini berbanding lurus dengan hilangnya rasa kepedulian dan kebersamaan mereka dalam masyarakat. Padahal, jika kita cermati, tentu sebuah pekerjaan akan menjadi ringan jika dikerjakan bersama-sama. Ini persis dengan sebuah ungkapan, “sepotong lidi akan mudah patah dibandingan seratus potong lidi yang diikat”.
Saat sekarang ini sangat jarang kita melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama-sama oleh suatu masyarakat dalam lingkungan. Event-event kegiatan hari besar nasional seperti HUT RI, Hari Pahlawan, ataupun hari-hari besar keagamaan yang biasanya dirayakan bersama-sama untuk mempersatukan masyarakat saat ini juga tidak terlalu banyak diminati. Bahkan adat masyarakat desa seperti mangangan, sedekah bumi, kirab desa, dan budaya lainnya sudah mulai ditinggalkan.
   Tokoh masyarakat yang biasanya aktif mengajak warganya untuk bergerak, sekarang ini merasa kesulitan membuat warganya bergotong royong. Bahkan sekedar berkumpul untuk bermusyawarah pun sangat sulit. Hanya segelintir masyarakat yang umumnya sadar akan manfaat gotong royong tergerak hatinya untuk ikut andil bagian. Padahal seandainya gotong royong ini kembali digalakkan, sikap kebersamaan untuk saling peduli, saling membantu, bertoleransi dan menghargai sesama warga masyarakat akan semakin terbina.
Gotong royong warga desa Ngadiluhur, Balen, dengan anggota koramil setempat
Sudah saatnya semangat gotong royong ini kembali digaungkan di tengah-tengah masyarakat, baik di desa maupun di kota. Bojonegoro merupakan daerah yang luas, dengan jumlah penduduk besar yang tersebar baik di perkotaan dan di pedesaan, semangat gotong royong akan menjadikan masyarakatnya semakin kokoh.
Oleh karena itu, melalui artikel ini, saya mengajak warga khususnya para pemuda Bojonegoro agar melestarikan semangat bergotong royong dalam lingkungan masyarakat. Jangan mudah tergerus dengan perkembangan zaman dan globalisasi. Salam Bojonegoro Matoh!

Rico Ady Sya’bana
Pemuda Bojonegoro
Guru Bahasa Inggris SMP Insan Cendekia Mandiri Sidoarjo

Wednesday, 24 June 2015

The Effects of Reading History Book (Essay in English)

            Reading is one of the part activity that we do in our life. In everytime and everywhere, we can find people that doing this activity. Book and reading are two things that we can not separate another one. When we want to know about something, we can find it by reading book. Many kinds of books we can choose that suitable with our need, and one of them is history book. History book is a book that tell us about true story that happen in the past time. However, we are now trying to overcome its effects on human beings.

History book can increase our knowledge, especially about things that happened in the past. There are many events that happened in the past we do not know. The examples are the event world wars and many others. History book can tell us about all these things. By reading it, we can imagine as though we become agents of that historic event. We will be able to feel that the incidence of war has given a big impact for our lives now.
The other effect from reading history book is we will have more knowledge of the incident or the history of the creation of an object or place. For example the history of the creation of a nation or kingdom, by reading history books we will know more details about this explanation. Such as the history of Majapahit kingdom we can know by reading a history book.
Other than those things above, other effects that we can feel after reading the history books is that we will be more in our thinking and can become an inspiration for us to be better in life. By read the history of heroism, we will be more motivated in doing a thing. Like history about heroism in colonial drive, we can make as an inspiration for us to be able to establish our country to make it better.

History books give a lot of effect for us, especially things that are positive. Many advantages which we will get after reading a history book. In addition, with a lot of reading history books, we will get the inspiration that makes us more intelligent and creative in thinking.

Saturday, 27 November 2010

Demi Persibo, Siswa SD Tinggalkan Sekolah




Ada yang menarik sebelum pertandingan tunda antara Persibo Bojonegoro bersua dengan PS Mojokerto Putra, Selasa (2/3/2010) pagi.
Segerombolan siswa-siswa sekolah dasar (SD) yang berseragam kaos olah raga tampak hadir di stadion.

Bahkan, untuk bisa cukup nyaman menikmati pertandingan tim pujaannya, mereka nekat meloncat pagar pembatas antara tribun VIP dan VVIP yang memang tidak terlalu tinggi.

Pantauan beritajatim.com di lapangan, sejak kedatangan para siswa yang diantar oleh gurunya itu, anak-anak cukup antusias dan hafal dengan beberapa yel-yel yang dinyanyikan oleh supporter fanatik Persibo Bojonegoro, Boromania. Dengan ikut teriak-teriak para siswa nampaknya cukup menikmati pertandingan, walaupun terik matahari pagi cukup menyengat kulit dan membuat keringat bercucuran.

"Ayo Irfan.... Ayo Irfan.... Kamu bisa...," teriak salah seorang siswa berambut cepak saat sang Densus 88 membawa bola.

Mereka tak henti-henti ikut memberikan support bagi permainan Aris Tuansyah dkk selama 30 menit lanjutan pertandingan. "Sayang ya, kemarin kita tidak nonton, karena dilarang bapak," sahut seorang siswa lain.

Kedatangan mereka ke stadion Letjen H Soedirman Kota Bojonegoro sampai harus meninggalkan sekolah, terbayar lunas. Sebab, tim pujaan mereka berhasil memenangkan pertandingan dan menjungkalkan PSMP dengan skor meyakinkan, 2-0.

Selain para para siswa SD, tampak juga beberapa pegawai negeri sipil (PNS) yang ikut membolos demia menyaksikan laga Persibo di stadion. Mereka tetap memakai bawahan PNS, tetapi bagian atasnya menggunakan kaos oblong maupun dilapisi oleh jaket. Dengan santai mereka duduk-duduk dan ikut memberikan tepuk tangan panjang kepada M Irfan yang mencetak gol pada menit ke 83 babak kedua.

"Mbolos sebentar mas, nanti setelah pertandingan baru masuk kantor lagi," tegas salah seorang PNS tanpa sedikit pun rasa bersalah.

Menurutnya, pihaknya sangat sayang untuk meninggalkan pertandingan super penting yang dilakoni oleh Persibo Bojonegoro. Sebab, kalau memang Laskar Angling Dharma bisa langsung ke runner up.

Memang benar, pertandingan tunda yang digelar pagi hari setelah kemarin dihentikan karena lapangan tergenang cukup mengambil konsekwensi. Diantaranya, para penggemar bola harus meninggalkan pekerjaan, tidak bisa beraktivitas, maupun yang sekolah harus bolos. (dul/eda)


Selasa, 02 Maret 2010 11:05:38 WIB    Bojonegoro (beritajatim.com), Reporter : Abdul Qohar   

Indonesia adalah Negara Asia Pertama di Piala Dunia?


Diakui atau tidak, Indonesia adalah negara Asia pertama yang berlaga di ajang Piala Dunia, tepatnya Piala Dunia 1938 di Prancis.
Meski saat itu belum merdeka, Indonesia mengusung nama Nederlandsche Indiesche atau Netherland East Indies atau Hindia Belanda.
Panasnya keadaan di Eropa dan sulitnya transportasi ke Prancis secara tak langsung memberikan keuntungan. Jepang menolak hadir dan memberikan kesempatan bagi Hindia Belanda untuk tampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12. Lalu Amerika Serikat yang jadi lawan berikutnya menyerah tanpa bertanding.
Jadilah anak-anak Melayu ini melenggang ke Prancis.
Pengiriman kesebelasan Hindia Belanda bukannya tanpa hambatan. NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) atau organisasi sepak bola Belanda di Jakarta bersitegang dengan PSSI yang telah berdiri April 1930. PSSI yang diketuai Soeratin Sosrosoegondo, insinyur lulusan Jerman yang lama tinggal di Eropa, ingin pemain mereka yang dikirimkan.
Namun, akhirnya kesebelasan dikirimkan tanpa mengikutsertakan pemain PSSI dan menggunakan bendera NIVU yang diakui FIFA.
Ditangani pelatih Johannes Mastenbroek, pemain kesebelasan Hindia Belanda adalah mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda.
Tercatat nama Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermandji, Anwar Sutan, dan kiri luar Nawir yang juga bertindak sebagai kapten.
Pada babak penyisihan, Hindia Belanda langsung menghadapi tim tangguh, Hungaria, yang kemudian meraih posisi runner-up.
Tak banyak informasi yang didapatkan mengenai pertandingan di Stadion Velodrome Municipale, Reims, 5 Juni 1938, tersebut. Pada pertandingan yang disaksikan 9.000 penonton itu, Hindia Belanda tak mampu berbuat banyak dan terpaksa pulang lebih cepat setelah digilas 6-0.
Meski belum menggunakan bendera Merah-Putih, inilah satu-satunya penampilan tim Melayu di Piala Dunia, hingga sekarang! (Koran Tempo, 11 Mei 2006)