Showing posts with label Biography. Show all posts
Showing posts with label Biography. Show all posts

Monday, 22 June 2015

My Favorite Lecturer (Describing Person)

            Mr. Mas Mulyono is one of the lecturers in English Department. First time I met him when he became my examiner in the Unesa test. Although he will be retired soon, he still has more spirit when he teaches, because he has good appearance, elegant personality, and great lifestyle.

            Mr. Mul’s appearance is different from Indonesian people in common. His body is big and tall, with gray hair and brown skin. Most of the students will know him easily just by looking at his physical appearance. I think he looks like Nelson Mandela, the ex President of South Africa, who has good appearance.
            Elegant, serious, and discipline are the first impressions that I get from him. He makes some rules and gives punishments for his students who are not discipline. But, actually he is really funny, because sometimes he likes to make jokes. He can manage time well, so that there is serious and fun time.
            Other special characteristics of Mr. Mul are his great lifestyles and habits. He always goes to campus by his own car and never comes late. He speaks very loud and clear in the class, so all of students can get the points. The other hand, he also likes sports to stay healthy. He spends his leasure time by playing golf.
            In my mind, Mr. Mul is “the right man in the right place”. He is a senior lecturer who has a good spirit to influence his students to be better. If you meet him, I think you will have the same opinion as me.

Wednesday, 7 May 2014

Tri Rismaharini Biography

             Ir. Tri Rismaharini, M.T. was born in Kediri, East Java on 20 November 1961. She is the first mayor woman of Surabaya along the history of the city. Risma, post graduate from Institute Technology 10 November of Surabaya, is also well known as the first woman in Indonesia who was elected directly as the mayor along the democration history of Indonesia after reformation era in 1998. Through the direct election, she replaced Bambang Dwi Hartono who overseen as became her vice until he resigned officially on June 14, 2013. They were supported by Indonesia Democracy of Struggle Party (PDI-P) and were elected by 38.53 percent voters.
             Before elected as the mayor of Surabaya, Risma had ever overseen as the head of DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) Surabaya. Risma was a pure bureaucrat who started her carrier as a state worker of Surabaya city since 1990s. Risma graduated from her elementary school in Kediri in 1973. She continued her education in SMPN 10 Surabaya and finished in 1976. Then, she followed SMAN 5 Surabaya and graduated in 1980. He was admitted in bachelor degree majoring in Architecture of Institute Technologi 10 November of Surabaya and graduated in 1987. After that she took the master program of City Development Management at the same university and finished in 2002. Risma has two children, named Fuad Bernardi and Tantri Gunarni Saptoadji, from her husband Ir. Saptoadji.
           
Tri Rismaharini
Her family supported all her work and carrier until she got some achievements. She was nominated as one of the best mayor in the world, 2012 World Mayor Prize, held by The City Mayor Foundation. She was appraised because of her successful in effort to make Surabaya becoming green and clean city. She built and renovated many parks and gardens. One of them is Bungkul Park which is the largest and most famous in Surabaya. Under her leadership, Surabaya also got Adipura Award from Indonesian government in 2010.

Saturday, 27 November 2010

KOPASSUS, pasukan elite TNI AD penjaga kedaulatan negara

Sejarah kelahiran Komando Pasukan Khusus sebagai satuan tidak terlepas dari rangkaian bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia, pada bulan Juli 1950, timbul pemberontakan di Maluku oleh kelopok yang menamakan dirinya RMS (Republik Maluku Selatan). Pimpinan Angkatan Perang RI saat itu segera mengerahkan pasukan untuk menumpas gerombolan tersebut. Operasi ini dipimpin langsung oleh Panglima tentara teritorium III Kolonel A.E Kawilarang, sedangkan sebagai Komandan Operasinya ditunjuk Letkol Slamet Riyadi.
Operasi ini memang berhasil menumpas gerakan pemberontakan, namun dengan korban yang tidak sedikit dipihak TNI. Setelah dikaji ternyata dalam beberapa pertempuran, musuh dengan kekuatan yang  relatif lebih kecil sering kali mampu menggagalkan serangan TNI yang kekuatannya jauh lebih besar. Hal ini ternyata bukan hanya  disebabkan semangat anggota pasukan musuh yang lebih tinggi atau perlengkapan yang lebih lengkap, namun juga taktik dan pengalaman tempur yang baik didukung kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.

Peristiwa inilah yang akhirnya mengilhami Letkol Slamet Riyadi untuk mempelopori pembentukan suatu satuan pemukul yang dapat digerakkan secara cepat dan tepat untuk menghadapi berbagai sasaran di medan yang bagaimanapun beratnya. Setelah gugurnya Letkol slamet Riyadi pada salah satu pertempuran A.E Kawilarang.

Melalui Instruksi Panglima Tentara dan Teritorial III No. 55/ Inst / PDS /52 tanggal 16 April 1952 terbentuklah KESATUAN KOMANDO TERITORIUM III yang merupakan cikal bakal “ Korps Baret Merah ”. Sebagai Komandan pertama dipercayakan kepada Mayor Mochamad Idjon Djanbi, mantan Kapten KNIL yang pernah bergabung dengan Korps Special Troopen dan pernah bertempur dalam perang dunia II.

 Dalam perjalanan selanjutnya satuan ini beberapa kali mengalami perubahan nama diantaranya Kesatuan Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada tahun 1953, Resimen Pasukan  KOmando Angkatan Darat) pada tahun 1952, selanjutnya pada tahun 1955 berubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pada tahun 1966 satuan ini kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD (PUSPASSUS TNI AD), berikutnya pada tahun 1971 nama satuan ini berganti menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (KOPASSANDHA). Pada Tahun 1985 satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) sampai sekarang.

Setelah beberapa kali mengalami perubahan dalam organisasi, sesuai Surat Panglima TNI Nomor : B/563-08/05/06/ SRU tanggal 23 Maret 2001, maka struktur organisasi Kopassus saat ini terdiri dari :

-    Makopassus, berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Pataka  “ TRIBUANA CHANDRACA SATYA DHARMA”.
  
-    Grup-1/ Parako,   berkedudukan   di Serang dengan sesanti Dhuaja “ EKA WASTU BALADIKA ”.

-    Grup-2/ Parako, berkedudukan di Solo dengan sesanti Dhuaja “ DWI DHARMA BIRAWA YUDHA”.

-    Grup-3/Sandha, berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Dhuaja “ CATUR  KOTTAMAN  WIRA  NARACA  BYUHA ”.

-    Pusdikpassus, berkedudukan di Batujajar dengan sesanti Sempana “ TRI YUDHA SAKTI ”.

-    Satuan-81/Gultor berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Dhuaja “ SIAP SETIA BERANI “.

www.kopassus.mil.id

Indonesia adalah Negara Asia Pertama di Piala Dunia?


Diakui atau tidak, Indonesia adalah negara Asia pertama yang berlaga di ajang Piala Dunia, tepatnya Piala Dunia 1938 di Prancis.
Meski saat itu belum merdeka, Indonesia mengusung nama Nederlandsche Indiesche atau Netherland East Indies atau Hindia Belanda.
Panasnya keadaan di Eropa dan sulitnya transportasi ke Prancis secara tak langsung memberikan keuntungan. Jepang menolak hadir dan memberikan kesempatan bagi Hindia Belanda untuk tampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12. Lalu Amerika Serikat yang jadi lawan berikutnya menyerah tanpa bertanding.
Jadilah anak-anak Melayu ini melenggang ke Prancis.
Pengiriman kesebelasan Hindia Belanda bukannya tanpa hambatan. NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) atau organisasi sepak bola Belanda di Jakarta bersitegang dengan PSSI yang telah berdiri April 1930. PSSI yang diketuai Soeratin Sosrosoegondo, insinyur lulusan Jerman yang lama tinggal di Eropa, ingin pemain mereka yang dikirimkan.
Namun, akhirnya kesebelasan dikirimkan tanpa mengikutsertakan pemain PSSI dan menggunakan bendera NIVU yang diakui FIFA.
Ditangani pelatih Johannes Mastenbroek, pemain kesebelasan Hindia Belanda adalah mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda.
Tercatat nama Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermandji, Anwar Sutan, dan kiri luar Nawir yang juga bertindak sebagai kapten.
Pada babak penyisihan, Hindia Belanda langsung menghadapi tim tangguh, Hungaria, yang kemudian meraih posisi runner-up.
Tak banyak informasi yang didapatkan mengenai pertandingan di Stadion Velodrome Municipale, Reims, 5 Juni 1938, tersebut. Pada pertandingan yang disaksikan 9.000 penonton itu, Hindia Belanda tak mampu berbuat banyak dan terpaksa pulang lebih cepat setelah digilas 6-0.
Meski belum menggunakan bendera Merah-Putih, inilah satu-satunya penampilan tim Melayu di Piala Dunia, hingga sekarang! (Koran Tempo, 11 Mei 2006)