Indonesia
Mengajar (IM), sebuah program sekarela untuk mengirim pendidik-pendidik muda
terbaik ke pelosok negeri. Program yang dimulai pada tahun 2010 ini digagas
oleh Bpk. Anies Baswedan, mantan rektor Universitas Paramadina yang saat ini
menjadi Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Tujuan program ini adalah
memberikan pendidikan yang sama dan merata bagi anak-anak Indonesia di pelosok
negeri. Selain itu, diharapkan para pengajar muda (PM) yang tergabung dalam
program ini dapat menyalurkan ilmunya dan mendapatkan pengalaman berharga
setelah pulang dari tempat tugas.
Akhir
tahun 2014 lalu, aku berkesempatan mengikuti seleksi Indonesia Mengajar untuk
yang pertama dan yang terakhir kali (karena usia maksimal calon PM itu 25
tahun). Saat itu, di sela-sela kegiatan magang/PPL disekolah, aku iseng-iseng
membuka situs web IM. Ternyata pendaftaran calon PM sudah dibuka. Wah, ini
kesempatan pikirku. Langsung saja aku masuk untuk mendaftar menjadi calon PM.
Mumpung saat itu sudah menjelang masa berakhirnya program PPG di kampus.
Setelah
log in, ternyata ada banyak sekali aplikasi yang harus dipenuhi. Bahkan kita
juga harus menulis esai tentang diri kita, motivasi jadi seorang PM, pengalaman
paling berharga, hingga pengabdian apa yang telah kita berikan kepada negara.
Sekitar 12 esai masing-masing berisi 50-600 kata...(wow banyak juga ya....).
Untungnya kita boleh mengisi esai itu secara bertahap. Jadi setiap hari aku
harus mengerjakan minimal sebuah esai...dan sekitar 2 minggu kemudian seluruh
esaiku selesai juga, Alhamdulillah.... (lama yaaa...soalnya aku termasuk orang
yang moody kalau menulis).
Seleksi Pengajar Muda IX di gedung PPG Unesa |
Akhirnya
semua berkas seleksi admimistrasi telah aku lengkapi dan tinggal menunggu hasil
seleksi tahap 1. Hmmm... sembari menunggu aku sempat juga konsultasi dengan
salah satu teman kuliah yang kebetulan pernah mengikuti seleksi IM ini. Dia
pernah ikut 2 kali seleksi calon PM hingga lolos tahap 2. Banyak saran yang
diberikannya mengenai seleksi IM ini. Sangat membantu untuk mempersiapkan tes
selanjutnya.(padahal belum tentu lolos tahap 1 juga)
Sekitar
sebulan lebih menunggu, akhirnya pengumuman hasil tahap 1 muncul...dan
ternyataaaa....alhamdulillah aku lolos tahap 1 bersama 308 peserta lain dari
seluruh Indonesia....(gak nyangka juga soalnya pendaftarnya mencapai 10ribuan).
Setelah melihat pengumuman, seleksi selanjutnya dilaksanakan di regional
masing-masing. Bagi peserta yang mendaftar di Surabaya, mendapatkan jadwal tes
seleksi tahap 2 (direct assessment) tanggal 26 – 27 Januari 2015 di Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.
Ada
37 orang yang lolos di Surabaya, dibagi menjadi 2 gelombang. 20 peserta
mengikuti tes tanggal 26 dan sisanya tanggal 27 Januari. Dalam sehari akan ada beberapa
tahapan tes, yang pertama adalah perkenalan profil diri, kemudian psikotes, focus group discussion, tes wawancara, microteaching, dan terakhir adalah tes
bakat dan minat. Jadwal tes dimulai dari jam 7.00- 17.00. Karena sangat
antusias, aku mempersiapkan diri sebaik mungkin, khususnya media pembelajaran dan
materi K-13 untuk anak SD kelas 4 dengan tema energi untuk microteaching.(tema materi sudah dibagikan)
Hari
H pelaksanaan tes pun tiba. Karena takut telat, aku berangkat sepagi mungkin
dari Surabaya menuju Sidoarjo (sekitar 1 jam perjalanan naik sepeda motor). Sembari
menunggu beberapa saat di lokasi ujian, aku sempat berkenalan dengan sesama
peserta tes. Kebanyakan dari mereka baru saja
lulus kuliah (fresh graduate), jadi aku sepertinya paling tua
sendiri....hehe... . Akhirnya, jam 8 tes pun dimulai, diawali pembukaan oleh
rektor UMSIDA dan dilanjutkan oleh perkenalan profil masing-masing peserta. Setiap
peserta diberikan waktu 10 menit untuk memperkenalkan diri sekaligus tanya
jawab. Ada yang memperkenalkan diri sebagai aktivis LSM, pengusaha, ketua club
drama, guru, dll. Memang kumpulan pemuda-pemuda hebat dan berbakat.
Peserta seleksi Direct Assessment PM X di UMSIDA |
Tes
selanjutnya adalah psikotes, kami diminta menjawab soal-soal psikotes yang
berkaitan dengan kepribadian masing-masing selama 1 jam. Setelah itu, kami dibagi
menjadi 2 kelompok untuk melakukan diskusi dan pemecahan masalah lewat focus group discussion (FGD). Kami diberi
sejumlah permasalahan dan diminta untuk menyelesaikan dengan cara musyawarah
untuk menentukan solusi terbaik. Setiap peserta harus mengeluarkan pendapat
masing-masing, sehingga tercapai kesepakatan dari seluruh anggota.
Setelah
FGD, kami istirahat untuk sholat dan makan siang. Kemudian dilanjutkan dengan microteaching. Kami diminta bergantian
untuk mengajar dengan topik masing-masing yang telah ditentukan sebelumnya. Masing-masing
diberikan waktu selama 30 menit untuk mengajar. Sedangkan yang menjadi siswanya
ya peserta lainnya. Hmmm.... ternyata kami yang berpura-pura menjadi siswa telah
diskenario sedemikian rupa. Kami diminta berlagak seperti anak SD dengan permasalahan
sebenarnya, ada yang suka nangis, suka berantem, jadi autis/hiper, ngompol di
kelas (gila abisss pokoknya...). Bahkan ketika giliranku mengajar, setting
kelas disituasikan sedang terjadi bencana gempa bumi. Tiba-tiba waktu asik-asiknya
ngajar, anak-anak lari semua. Ada yang kejatuhan meja, kursi, minta gendong
dll. Awalnya bingung mau diapain,
akhirnya aku minta semua lari dan tiarap di lapangan depan sekolah....hahaha (ekstrim
banget).
Setelah
microteaching, dilanjutkan dengan tes wawancara secara bergantian. Setiap peserta
menghadapi para assessor-assessor handal. Ternyata wawancaranya sangat lama. Pertanyaan
yang diajukan sangat banyak, menyangkut juga dengan esai yang kami tulis. Bahkan
ada juga pertanyaan menyangkut privasi dan curhatan... (hehehe). Sesi terakhir
adalah peminatan dan bakat. Kami diminta mengisi form peminatan dan diminta
menggambar orang dan pohon. Katanya gambar dan pohon itu dapat menggambarkan
karakter kita.... (kok bisa gitu gak paham juga ceritanya).
Akhirnya
tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.00, seluruh rangkaian tes telah
selesai. Ternyata mengikuti tes IM ini sangat menyenangkan, tidak seperti seleksi
pekerjaan lainnya. Selain itu aku juga bertemu dengan teman-teman yang hebat
dan berkarakter.
Bulan
Maret 2015 kemarin sudah diumumkan peserta yang lolos untuk tahap 3 lewat email
masing-masing. Dan ternyata, aku tidak lolos...belum beruntung, hehe... Tetapi pengalaman
mengikuti seleksi Indonesia Mengajar ini tidak terlupakan. Unforgottable momment....
No comments:
Post a Comment