Tuesday, 10 November 2015

Donor Darah, siapa takut??

Aku ingin berbagi sedikit pengalaman terutama bagi kalian yang belum pernah donor darah. Bagi yang takut untuk donor darah, mungkin ceritaku ini bisa membuat kalian semakin takut,hehehe....

Sore itu, sepulang kerja sekitar dua minggu lalu, aku mendatangi kantor PMI kota Sidoarjo di Jalan Pahlawan untuk mendonorkan darah. Setiba disana, ternyata kantor udah tutup dan oleh petugas disarankan pergi ke depan Stadion GOR Delta karena disana ada mobil PMI khusus untuk donor darah. Sesampai disana aku langsung daftar dan cek kadar hemoglobin untuk memastikan kelayakan darah pendonor. Sempet was-was juga, soalnya seminggu sebelumnya aku sudah ditolak donor gara-gara kadar hemoglobin yang rendah dan disarankan banyak makan sayur (hmmm....lumayan kecewa juga sih soalnya baru sekali aku itu ditolak donor).
Alhamdulillah... setelah di tes, ternyata aku dinyatakan layak untuk donor. Setelah aku masuk ke ruangan mobil yang lumayan dingin, kok rasanya deg-degan juga. Memang sih, sudah hampir 6 bulan sejak aku terakhir donor. Padahal aku sebelumnya sudah 7 kali donor darah (2 kali hampir pingsan dan sekali pingsan beneran,hahaha...). Walaupun gitu, aku gak kapok buat donor lagi. Selain memang karena aku niatkan menolong sesama, donor darah itu bagiku sudah menjadi gaya hidup. Sebenarnya donor darah itu juga aku jadikan sebagai “terapi”. Soalnya aku agak sedikit shock kalau lihat darah.
Oke, let’s back to my story... Setelah masuk mobil aku diminta langsung berbaring dan menjulurkan tangan kiri oleh petugas. Bukannya tambah rileks, tapi rasanya kok tambah grogi dan nervous banget. Apalagi ngeliat si petugas ngeluarin suntik donor yang lumayan gede. Buat nenganin pikiran, aku pun berdoa, moga-moga lancar dan gak ada masalah. Tapi memang raut wajah gak bisa diboongi. Habis disuntik dan disedot darahku, si petugas tanya, “mas baik-baik aja kan, kok wajahnya pucat?”
Aku berusaha santai sambil senyum dan bilang, “ndak apa-apa kok mbak” (tapi badanku mulai terasa dingin dan gelisah, tangan kiriku pun terasa mati rasa).
Petugasnya tanya lagi, “pengen muntah ya mas?”
Aku jawab, “ndak kok mbak, cuma rasanya agak terasa dingin dan tangan kayak mati rasa”.
Petugasnya bilang, “oh ya sudah mas, kalau pusing atau mau muntah bilang aja.”
Setelah beberapa menit, aku ngerasa semakin lemas. Sepertinya petugasnya tau kalau aku semakin pucat, belum sampek ¾ kantong darahku (sekitar 250 ml) terisi, transfusi dihentikan sementara. Setelah agak baikan baru dilanjutkan lagi. Setelah kantong terisi penuh, selang transfusi dipotong dan jarum dicabut dari lenganku. Bukannya merasa baikan, tetapi apa yang aku rasain kepala malah semakin pusing, pandangan menjadi gelap dan badan terasa lemas sekali.
Petugas yang tau aku udah mulai teler, siap-siap menyediakan kantung plastik jika sewaktu-waktu aku muntah. Petugas lainnya membuatkan teh hangat, supaya aku tidak dehidrasi. Hampir 15 menit aku berbaring lemas tak berdaya, teh hangat sudah habis kuminum, tapi masih saja badan terasa berat.
Akhirnya setelah setengah jam berbaring, aku mulai kuat untuk menggerakkan badanku. Beberapa saat kemudian aku udah bisa duduk dan berdiri. Petugas donor menanyakan kepadaku, apa sebelumnya aku ada kegiatan berat. Ya emang gak salah juga sih, soalnya minggu sebelumnya aku nganter anak-anak sekolah outbound di kaki gunung. Beberapa hari sebelumnya juga olahraga bersepeda lumayan jauh. Selain itu juga kurang istirahat dan kurang makan makanan yang mengandung zat besi. Trus aku dapat saran, kalau mau donor, pastikan dulu bahwa kita tidak kecapekan. Karena hal tersebut akan menyebabkan risiko badan lemah pasca donor kayak yang aku alami. Badanku baru bener-bener pulih 3 hari setelah donor.
 Itu dia cerita fakta dari pengalaman donor darahku guys. Meskipun aku sering loyo habis donor, aku gak merasa kapok kok,hehehe.... Bagi kalian yang ingin donor darah, saranku cukup jaga kesehatan aja, makan makanan bergizi, istirahat yang cukup dan olahraga yang teratur. Semoga kalian yang belum pernah donor darah tergerak hatinya, karena selain itu merupakan hal yang mulia, kita juga tidak akan tahu bahwa suatu saat juga butuh pertolongan dari orang lain....
Tapi bagi kalian yang masih takut donor, kiranya cukup memberikan sedikit rezeki yang ada karena mumpung ini ada program Bulan Dana PMI, maka bantuan kalian dapat disalurkan lewat program ini. Program dana ini bukan hanya diperuntukkan bagi donor darah aja guys, tapi juga kegiatan kemanusiaan lain, seperti bantuan Dapur umum saat bencana, pelayanan kesehatan, ambulans. Selain itu, PMI juga memberikan pelayanan dukungan psikososial, pemulihan hubungan keluarga, pembinaan generasi muda dan relawan, pengolahan air bersih dan lain sebagainya. Kalian dapat berdonasi ke palang merah dengan no rekening sebagai berikut: Untuk bantuan dapat ditransfer melalui bank-bank sebagai berikut :
  • Bank BCA Kantor Cabang Utama Thamrin Nomo Rekening : 206-38-1794-5 atas nama PMI DKI JAKARTA Panitia Bulan Dana PMI Provinsi DKI Jakarta.
  • Bank MANDIRI Kantor Cabang Kramat Raya Nomor Rekening : 123-00-17091945 atas nama PMI DKI JAKARTA Panitia Bulan Dana PMI Provinsi DKI Jakarta.
  • Bank DKI Kantor Cabang Utama Juanda Nomor Rekening : 101-03-17094-7 atas nama PMI DKI JAKARTA Panitia Bulan Dana PMI Provinsi DKI Jakarta.

Semangat Donor Darah!!!!! Ayo peduli bantu sesama....

Wednesday, 30 September 2015

Mari, Lestarikan Gotong Royong sebagai trademark budaya Bojonegoro!


Perkembangan zaman yang semakin pesat, ditandai dengan kemajuan teknologi dan informasi yang memudahkan seseorang dalam melakukan aktivitasnya tanpa bantuan orang lain. Teknologi komunikasi yang semakin hari semakin canggih, dengan gadget dan alat elektronik sophisticated lainnya membuat manusia dapat berkomunikasi dengan berbagai cara. Saat ini komunikasi tanpa harus face to face (bertatap muka secara langsung) bukanlah hal mustahil untuk dilakukan. Media-media social networking seperti facebook, twitter, BBM, whatsapp dan lain sebagainya perlahan tapi pasti mulai mengubah gaya hidup manusia dalam berinteraksi.
Nyadran (Manganan) di desa Sumberarum, Bojonegoro
Bahkan kegiatan rapat atau musyawarah yang biasanya dilakukan dalam rangka menentukan pilihan atau kebijakan sekarang telah banyak tergantikan fungsinya dengan terbentuknya grup-grup lewat media sosial di facebook, BBM atau whatsapp. Salah satu hal yang paling terkena dampaknya saat ini adalah semangat gotong royong dalam masyarakat Indonesia.
Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan bersama-sama secara sukarela untuk mendapatkan manfaat bersama. Sikap gotong royong lebih mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan individu. Di kota kecil Bojonegoro, kegiatan gotong royong adalah hal lumrah yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk meringankan beban pekerjaan bersama-sama. Kegiatan kerja bakti lingkungan desa, perbaikan jalan, pembuatan gapura, pembangunan tempat ibadah, serta kegiatan-kegiatan lainnya.
Gotong royong warga dalam acara Sedekah Bumi di desa Wajik, Bojonegoro

Namun, perkembangan zaman yang semakin maju, dengan teknologi yang semakin canggih, membuat masyarakat terutama pemuda-pemuda usia produktif, baik yang bermukim di kota maupun di desa sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Hal ini membuat mereka mulai kehilangan rasa kepedulian sosial terhadap masyarakat dan lingkungannya. Mereka merasa cukup bahwa berinteraksi hanya menggunakan gadget. Sikap gotong royong yang dulunya menjadi ciri khas masyarakat di Bojonegoro, terutama para pemuda, sekarang mulai ditinggalkan. Mereka lebih senang mengerjakan pekerjaan mereka sendiri (do individually) dibandingkan bekerja bersama-sama (do together). Sikap individualistis ini berbanding lurus dengan hilangnya rasa kepedulian dan kebersamaan mereka dalam masyarakat. Padahal, jika kita cermati, tentu sebuah pekerjaan akan menjadi ringan jika dikerjakan bersama-sama. Ini persis dengan sebuah ungkapan, “sepotong lidi akan mudah patah dibandingan seratus potong lidi yang diikat”.
Saat sekarang ini sangat jarang kita melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama-sama oleh suatu masyarakat dalam lingkungan. Event-event kegiatan hari besar nasional seperti HUT RI, Hari Pahlawan, ataupun hari-hari besar keagamaan yang biasanya dirayakan bersama-sama untuk mempersatukan masyarakat saat ini juga tidak terlalu banyak diminati. Bahkan adat masyarakat desa seperti mangangan, sedekah bumi, kirab desa, dan budaya lainnya sudah mulai ditinggalkan.
   Tokoh masyarakat yang biasanya aktif mengajak warganya untuk bergerak, sekarang ini merasa kesulitan membuat warganya bergotong royong. Bahkan sekedar berkumpul untuk bermusyawarah pun sangat sulit. Hanya segelintir masyarakat yang umumnya sadar akan manfaat gotong royong tergerak hatinya untuk ikut andil bagian. Padahal seandainya gotong royong ini kembali digalakkan, sikap kebersamaan untuk saling peduli, saling membantu, bertoleransi dan menghargai sesama warga masyarakat akan semakin terbina.
Gotong royong warga desa Ngadiluhur, Balen, dengan anggota koramil setempat
Sudah saatnya semangat gotong royong ini kembali digaungkan di tengah-tengah masyarakat, baik di desa maupun di kota. Bojonegoro merupakan daerah yang luas, dengan jumlah penduduk besar yang tersebar baik di perkotaan dan di pedesaan, semangat gotong royong akan menjadikan masyarakatnya semakin kokoh.
Oleh karena itu, melalui artikel ini, saya mengajak warga khususnya para pemuda Bojonegoro agar melestarikan semangat bergotong royong dalam lingkungan masyarakat. Jangan mudah tergerus dengan perkembangan zaman dan globalisasi. Salam Bojonegoro Matoh!

Rico Ady Sya’bana
Pemuda Bojonegoro
Guru Bahasa Inggris SMP Insan Cendekia Mandiri Sidoarjo

Saturday, 4 July 2015

Negara dengan Kualitas Pendidikan Terbaik

Indeks The Learning Curve yang dikeluarkan oleh firma pendidikan Pearson menunjukkan Korea Selatan sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Sementara Indonesia berkebalikan 180 derajat, ada di posisi terakhir dari 39 negara dan satu wilayah (Hong Kong) yang dinilai Pearson. 
Data The Learning Curve, seperti dirilis Pearson, Jumat (16/5/2014) menunjukkan profil input dan output pendidikan serta indikator sosioekonomi di Korea Selatan. Dari segi input pendidikan, terlihat bahwa Korea mengalokasikan 15,77 persen dari APBN mereka untuk dana pendidikan. Sementara jika dihitung per produk domestik bruto (PDB), Korsel menghabiskan 22,12 persen dari PDB mereka untuk membiayai pendidikan para siswanya. Di level pendidikan tinggi, alokasinya adalah 13,16 persen per PDB. 
Pada aspek harapan masa studi, Korsel mematok 16,97 tahun. Artinya, pemerintah Korsel memasang target anak-anak usia sekolah di negaranya menempuh studi hingga perguruan tinggi.  Rasio guru dan murid di Korsel adalah 1:19,05 pada jenjang pendidikan dasar. Serta gaji guru di Korsel pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah 1,93 persen lebih tinggi dibandingkan rata-rata gaji nasional. 
Sementara itu, dari indikator keluaran pendidikan, dalam pemeringkatanPISA, Korsel meraih skor 542,45. Ini adalah pemeringkatan yang mengukur tingkat literasi membaca, matematika dan sains pelajar dunia. Sedangkan pada pemeringkatan TIMS yang mengukur kemampuan matematika dan sains, Korsel mengantongi nilai 595,80.  
Pada 2011, tingkat lulusan SMA di Korsel mencapai 92,91 persen. Data Kantor Statistik Nasional Korsel menunjukkan, pada 2009 tingkat lulusan perguruan tinggi di Korsel adalah 63 persen. Bicara tentang produktivitas, angkatan kerja Korsel mencatatkan pendapatan hingga USD56,72 juta. Angka pengangguran di Korsel pun cenderung rendah, yakni hanya 0,55 persen di antara para lulusan perguruan tinggi. 
Bagaimana dengan indikator sosioekonomi? Data UNDP 2012 menunjukkan, indeks pembangunan manusia (IPM) Korsel adalah 0,91. Tingkat kejahatan juga cenderung minim, misalnya terlihat dari hanya ada 2,69 kasus pembunuhan per 100 ribu orang. Setiap tahun, penduduk Korsel meraih PDB per kapita sebesar USD30,81 juta. Jika dihitung, pertumbuhan GDP per kapita ini adalah 1,60 persen per tahun. 

Sekira 35 persen dari populasi Korsel adalah angkatan kerja. Dan hanya 3,23 persen pengangguran yang tercatat di negara tersebut. (rfa)

http://kampus.okezone.com/read/2014/05/15/373/985390/intip-profil-negara-berpendidikan-terbaik-di-dunia

Monday, 29 June 2015

What is a paragraph?


            A paragraph is a basic unit of organization in writing in which a group of related sentences develops one main idea. A paragraph can be as short as one sentence or as long as sentences. A paragraph may stand by itself. It may also be one part of a longer piece of writing such as a chapter of a book or an essay.

            A paragraph has three major structural parts: a topic sentences, supporting sentence, and a concluding sentence.
            Every good paragraph has a topic sentences, which clearly states the topic and the controlling idea of the paragraph. It is a complete sentence. It is usually (but not always) the first sentence in the paragraph.
            There are three important points to remember about a topic sentence; that is, it contains a subject, a verb and (usually) a complement. A topic sentence contains both a topic and a controlling idea. It names the topic and then limits the topic to a specific sentence area to be discussed in the space of a single paragraph. A topic sentence is the most general statement in the paragraph because it give only the main idea.
            The topic sentence may be the first or last in a paragraph. The topic sentence may also be the first and last sentence of the paragraph (sandwich-style). A sandwich-style paragraph is especially helpful to your reader if the paragraph is very long. The second topic sentence in the sandwich-style paragraph also serves as a concluding sentence.
            Another write a good topic sentence for a paragraph, you should also learn how to write a good concluding sentence. A concluding sentence is not customary for every paragraph in a multiparagraph essay. However, for single paragraphs, especially long ones, a concluding sentence is helpful to the reader because it signals the end of the paragraph and because it is a reminder of the important points. A concluding sentences servers three purposes: it signals the end of the paragraph, it summaries the main points of the paragraph, and it gives a final comment on the topic and leaves the reader with the most important ideas to think about.
 

Wednesday, 24 June 2015

The Effects of Reading History Book (Essay in English)

            Reading is one of the part activity that we do in our life. In everytime and everywhere, we can find people that doing this activity. Book and reading are two things that we can not separate another one. When we want to know about something, we can find it by reading book. Many kinds of books we can choose that suitable with our need, and one of them is history book. History book is a book that tell us about true story that happen in the past time. However, we are now trying to overcome its effects on human beings.

History book can increase our knowledge, especially about things that happened in the past. There are many events that happened in the past we do not know. The examples are the event world wars and many others. History book can tell us about all these things. By reading it, we can imagine as though we become agents of that historic event. We will be able to feel that the incidence of war has given a big impact for our lives now.
The other effect from reading history book is we will have more knowledge of the incident or the history of the creation of an object or place. For example the history of the creation of a nation or kingdom, by reading history books we will know more details about this explanation. Such as the history of Majapahit kingdom we can know by reading a history book.
Other than those things above, other effects that we can feel after reading the history books is that we will be more in our thinking and can become an inspiration for us to be better in life. By read the history of heroism, we will be more motivated in doing a thing. Like history about heroism in colonial drive, we can make as an inspiration for us to be able to establish our country to make it better.

History books give a lot of effect for us, especially things that are positive. Many advantages which we will get after reading a history book. In addition, with a lot of reading history books, we will get the inspiration that makes us more intelligent and creative in thinking.

Monday, 22 June 2015

My Favorite Lecturer (Describing Person)

            Mr. Mas Mulyono is one of the lecturers in English Department. First time I met him when he became my examiner in the Unesa test. Although he will be retired soon, he still has more spirit when he teaches, because he has good appearance, elegant personality, and great lifestyle.

            Mr. Mul’s appearance is different from Indonesian people in common. His body is big and tall, with gray hair and brown skin. Most of the students will know him easily just by looking at his physical appearance. I think he looks like Nelson Mandela, the ex President of South Africa, who has good appearance.
            Elegant, serious, and discipline are the first impressions that I get from him. He makes some rules and gives punishments for his students who are not discipline. But, actually he is really funny, because sometimes he likes to make jokes. He can manage time well, so that there is serious and fun time.
            Other special characteristics of Mr. Mul are his great lifestyles and habits. He always goes to campus by his own car and never comes late. He speaks very loud and clear in the class, so all of students can get the points. The other hand, he also likes sports to stay healthy. He spends his leasure time by playing golf.
            In my mind, Mr. Mul is “the right man in the right place”. He is a senior lecturer who has a good spirit to influence his students to be better. If you meet him, I think you will have the same opinion as me.

Contoh Penelitian Tindakan Kelas Bahasa Inggris SMP

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENDENGARKAN UNGKAPAN MEMBERI INSTRUKSI PADA SISWA KELAS VIII-E SMPN 16 SURABAYA


ABSTRAK

Ady Sya’bana, Rico. 2014. Penerapan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Keterampilan Mendengarkan Ungkapan Memberi Instruksi pada Siswa Kelas VIII-E SMPN 16 Surabaya. Penelitiab tindakan Kelas (PTK), Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Profesi Guru (PPG), Universitas Negeri Surabaya.

Dosen Pembimbing     : Him’mawan Adi Nugroho, M. Pd

Kata Kunci                  : Keterampilan Mendengarkan, Media Audio Visual, Ungkapan Memberi Instruksi.

Dalam proses belajar mengajar, keterampilan mendengarkan adalah hal yang penting. Mendengarkan mendominasi segala aktifitas. Dengan kata lain, selama kegiatan belajar mengajar, kegiatan mendengarkan selalu dilibatkan, meskipun hanya satu kata atau kalimat. Hal ini karena tujuan dari pembelajaran bahasa Inggris adalah untuk membuat siswa memahami ungkapan dalam bahasa Inggris. Dengan demikian, pemahaman mendengarkan adalah keterampilan dasar dalam bahasa Inggris, karena segala aktifitas di kelas melibatkan keterampilan ini.
Pada kenyataannya, dari latihan-latihan yang diberikan kepada siswa, banyak dari mereka mendapatkan kesulitan dalam memahami ungkapan. Guru seharusnya lebih kreatif untuk membuat siswa menikmati kegiatan mendengarkan di dalam kelas. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. salah satunya adalah pengguanaan media bantu. Media audio visual media adalah salah satu alternatif media yang dapat membuat situasi kelas menjadi menarik dan menyenangkan.
Penelitian ini adalah tentang penerapan media audio visual dalam mendengarkan ungkapan memberi instruksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-E SMPN 16 Surabaya. Ada dua rumusan masalah yang akan dijawab, (1) Bagaimana penerapan dari penggunaan media audio visual dalam mendengarkan ungkapan memberi instruksi untuk siswa kelas VIII-E SMPN 16 Surabaya? (2) Bagaimana respon siswa setelah penerapan media audio visual dalam mendengarkan ungkapan memberi isntruksi pada siswa kelas VIII-E SMPN 16 Surabaya?
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan beberapa instrumen untuk melaksanakan penelitian ini, yaitu lembar observasi, catatan lapangan dan kuisioner. Ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, peneliti bertindak sebagai guru sekaligus sebagai seorang observer. Dia akan mengamati kegiatan kelasa selama proses belajar mengajar.
 Dari hasil penelitian dan pembahasan setelah pengambilan data, peneliti menyimpulkan bahwa audio visual dapat diterapkan sebagai media yang baik dalam pengajaran mendengarkan ungkapan memberi instruksi. Media ini membuat suasana kelas menjadi menarik dan menyenangkan, karena siswa menjadi lebih aktif dan menikmati aktifitas mereka. Respon siswa terhadap penggunaan media ini juga sangat baik. Media ini dapat merangsang siswa untuk dapat lebih meningkatkan kemampuan mendengarkan mereka.



ABSTRACT (ENGLISH)


Sya’bana, Rico Ady. 2014. “The Implementation of Audio Visual Media in Teaching Listening Of Giving Instruction Expression for Eight Grade SMPN 16 Surabaya”. Classroom Action Research (CAR). Pendidikan Bahasa Inggris. Pendidikan Profesi Guru (PPG). Universitas Negeri Surabaya.

Advisor                              : Him’mawan Adi Nugraha, M. Pd.

Key words                         : Listening, Audio Visual Media, Giving Instruction Expression


In English teaching and learning process, listening skill is very important. Listening dominates all of the activities. In other words, during the time of teaching and learning activities, listening must be involved, even though the activity just listen to a word or a sentence.  This is because one of the goals of teaching and learning English is to make the student be able to understand expressions in English. So, listening comprehension skill is a basic skill in learning English, since every activity in class involves listening.
In fact, from the exercises given to the students, many of them still find difficulties in comprehending expressions. The teachers should be creative to make their students enjoy in the listening activity in classroom. There are some alternative techniques that the teacher can use and audio visual media is one of alternative media aids to make the class fun and interesting.
This study is about the implementation of audio visual media in listening of giving instruction expression. The subject of this study is the eight grader students in SMPN 16 Surabaya. There are two research questions that will be answered, (1) How is the implementation of using audio visual media in listening of giving instruction expression for the eigth grade students at SMPN 16 Surabaya? (2) How does student respond after the implementation of small group discussion in listening of giving instruction expression in teaching and learning process at SMPN 16 Surabaya?
This study is descriptive qualitative research. The researcher use some instruments to conduct his research, there are observation checklist, field notes, and student’s opinion sheet. While the teaching and learning process, the researcher become the teacher and also an observer. He will observe the class activity in the teaching and learning process.

From the result and discussion after take the data, the researcher concluded that audio visual media could be implemented in the teaching listening of giving instruction. This media make the class interesting and fun, because the students be more active and enjoy in their activity. The student’s responses after the implementation of audio visual media is very good. This media improve the student’s listening comprehension. They understand the expression well after this technique has been implemented.

anda bisa mendownload file PTK disini:

Sunday, 14 June 2015

Kesan selama menjalani Program Pendidikan Profesi Guru di Unesa

Kampus P3G (Program Pengembangan Profesi Guru) Unesa, saat ini menjadi kampus impian bagi para mahasiswa S1 lulusan LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Bahkan peminatnya tidak hanya lulusan sarjana kependidikan atau non-kependidikan yang ingin menjadi guru, tetapi juga para guru PNS-non PNS yang telah mengajar bertahun-tahun di sekolah namun belum mempunyai sertifikat profesi. Namun, ribuan lulusan S1 ini harus mengikuti persyaratan yang sangat berat untuk dapat menimba ilmu di tempat ini, karena hingga saat ini program PPG (Pendidikan Profesi Guru) masih diperuntukkan bagi lulusan sarjana kependidikan yang mengikuti program SM3-T.
Gedung P3G Unesa
PPG Unesa baru dibuka mulai tahun 2013, yang menampung para sarjana SM3-T Unesa angkatan I yang sebelumnya telah mengabdi di kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. PPG Unesa Angkatan I telah meluluskan 259 peserta. Sedangkan pada akhir Maret 2014, PPG Angkatan 2 dimulai. Pesertanya tidak hanya dari LPTK Unesa, tetapi juga dari LPTK-LPTK lain di Indonesia, diantaranya Unsyiah, UM, Undiksha, UNG, UNM, dan Undana. Mereka harus mengikuti PPG di Unesa karena plotting dari Dikti yang mengharuskan mereka di Unesa. Hal ini dikarenakan prodi-prodi itu tidak dibuka di kampus tersebut. Program PPG angkatan II Unesa saat ini membuka 9 prodi, yaitu Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa Indonesia, Penjaskes, Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sejarah, Bimbingan Konseling, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Perkuliahan PPG harus ditempuh selama 1 tahun atau 2 semester, tetapi khusus Prodi PGSD hanya akan menjalani program ini selama 1 semester.
Selama perkuliahan, peserta tidak diperbolehkan tinggal di kos-kosan atau di luar lingkungan kampus, melainkan harus menempati asrama yang telah disediakan oleh pihak kampus. Rusunawa Unesa menjadi tempat tinggal bagi peserta putri selama mengikuti PPG. Sedangkan peserta putra ditempatkan di asrama PGSD yang letaknya berdekatan dengan asrama putri. Jarak kedua asrama ini cukup dekat sehingga cukup berjalan kaki untuk menuju ke kampus. Di lingkungan asrama, seluruh peserta harus mentaati peraturan asrama dan menjalani kegiatan-kegiatan yang ada, agar output yang dihasilkan mampu menumbuhkan sikap sebagai seorang guru profesional yang berkarakter.
Setelah menyelesaikan pengabdian SM3-T angkatan II di kabupaten Maluku Barat Daya September 2013, saat itu aku harus menunggu sekitar 6 bulan sebelum menempuh PPG pra jabatan pasca SM3-T di Unesa.  Saat ini tidak terasa aku telah menyelesaikan perkuliahan di Pendidikan Profesi Guru (PPG) Unesa.  Seluruh peserta menjalani workshop di kampus pada semester 1 dan semester berikutnya melaksanakan PPL (Program Pengenalan Lapangan) di sekolah-sekolah negeri di Surabaya. Setelah menjalani program PPG ini, aku merasakan suatu pengalaman yang sebelumnya tidak pernah aku dapatkan. Perkuliahan berupa workshop dan peerteaching yang menunjang wawasan akademis, kehidupan berasrama yang menciptakan kebersamaan, serta kegiatan-kegiatan ekstra yang menumbuhkan jiwa kepemimpinan dan kedisiplinan sungguh merupakan pengalaman dan kesan berharga.
Kegiatan Pramuka mahasiswa PPG
Kenyataannya, ketika menjalani awal-awal perkuliahan, aku merasakan kompetisi yang sangat berat diantara kami para peserta PPG. Masing-masing dari kami ingin menunjukkan agar bisa menjadi yang terbaik. Baik dalam hal akademis maupun non-akademis. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, kamipun menyadari bahwa ego untuk menjadi yang terbaik malah pada akhirnya akan dapat menimbulkan suatu perpecahan diantara kami. Padahal, di tengah-tengah perjalanan program ini, berbagai kendala dan kebosanan sempat melanda. Mulai dari aktifitas perkuliahan yang menjemukkan, fasilitas asrama yang serba terbatas, serta kegiatan-kegiatan yang menguras habis tenaga serta pikiran. Ditambah dengan keegoisan diantara para peserta PPG itu sendiri, sempat terpikir olehku apakah aku mampu menjalani semua program ini.
Akupun mencoba berpikir, ketika menjalani SM-3T di kabupaten Maluku Barat Daya, beban yang aku sandang juga tidak ringan. Saat itu aku dengan teman-teman sepenempatan harus mengabdi di suatu sekolah yang bahkan sudah vakum dan hampir bubar. Saat itu dengan bantuan semua pihak akhirnya sekolah itu dapat beraktifitas kembali dan saat ini telah dapat berkembang. Akupun menyadari bahwa jika ada suatu permasalahan, seberat apapun itu, memang semestinya dapat diatasi dengan kebersamaan, gotong royong. Dengan modal semangat kebersamaan itulah,  kami semua bertahan dan menjalani seluruh rangkaian kegiatan di PPG ini dengan baik.
Seminar Literasi di gedung PPG
Kesan yang aku dapat selama mengikuti program PPG ini adalah pelajaran pembentukan sikap, tanggungjawab, kedisiplinan, hingga kepedulian yang erat diantara sesama peserta. Program PPG ini pada dasarnya adalah untuk membentuk karakter sebagai seorang guru, bukan hanya sebagai guru biasa, tetapi inilah tempat yang diharapkan sebagai kawah candradimuka untuk menggembleng lulusan-lulusan LPTK terbaik yang memiliki keikhlasan menjadi seorang guru yang profesional. Guru profesional yang dimaksud adalah memiliki integritas dan kapasitas serta kompetensi yang layak sebagai seorang guru. Karakter seorang guru juga harus baik, bertanggungjawab dan disiplin dalam menjalankan tugas-tugasnya. Oleh karena itu, lulusan PPG diharapkan benar-benar menjadi guru profesional.


Rico Ady S. (Alumni Prodi Pendidikan Bahasa Inggris-PPG UNESA 2014)

Thursday, 11 June 2015

Pengalaman mengikuti seleksi Indonesia Mengajar


                Indonesia Mengajar (IM), sebuah program sekarela untuk mengirim pendidik-pendidik muda terbaik ke pelosok negeri. Program yang dimulai pada tahun 2010 ini digagas oleh Bpk. Anies Baswedan, mantan rektor Universitas Paramadina yang saat ini menjadi Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Tujuan program ini adalah memberikan pendidikan yang sama dan merata bagi anak-anak Indonesia di pelosok negeri. Selain itu, diharapkan para pengajar muda (PM) yang tergabung dalam program ini dapat menyalurkan ilmunya dan mendapatkan pengalaman berharga setelah pulang dari tempat tugas.
                Akhir tahun 2014 lalu, aku berkesempatan mengikuti seleksi Indonesia Mengajar untuk yang pertama dan yang terakhir kali (karena usia maksimal calon PM itu 25 tahun). Saat itu, di sela-sela kegiatan magang/PPL disekolah, aku iseng-iseng membuka situs web IM. Ternyata pendaftaran calon PM sudah dibuka. Wah, ini kesempatan pikirku. Langsung saja aku masuk untuk mendaftar menjadi calon PM. Mumpung saat itu sudah menjelang masa berakhirnya program PPG di kampus.
                Setelah log in, ternyata ada banyak sekali aplikasi yang harus dipenuhi. Bahkan kita juga harus menulis esai tentang diri kita, motivasi jadi seorang PM, pengalaman paling berharga, hingga pengabdian apa yang telah kita berikan kepada negara. Sekitar 12 esai masing-masing berisi 50-600 kata...(wow banyak juga ya....). Untungnya kita boleh mengisi esai itu secara bertahap. Jadi setiap hari aku harus mengerjakan minimal sebuah esai...dan sekitar 2 minggu kemudian seluruh esaiku selesai juga, Alhamdulillah.... (lama yaaa...soalnya aku termasuk orang yang moody kalau menulis).
Seleksi Pengajar Muda IX di gedung PPG Unesa
                Akhirnya semua berkas seleksi admimistrasi telah aku lengkapi dan tinggal menunggu hasil seleksi tahap 1. Hmmm... sembari menunggu aku sempat juga konsultasi dengan salah satu teman kuliah yang kebetulan pernah mengikuti seleksi IM ini. Dia pernah ikut 2 kali seleksi calon PM hingga lolos tahap 2. Banyak saran yang diberikannya mengenai seleksi IM ini. Sangat membantu untuk mempersiapkan tes selanjutnya.(padahal belum tentu lolos tahap 1 juga)
                Sekitar sebulan lebih menunggu, akhirnya pengumuman hasil tahap 1 muncul...dan ternyataaaa....alhamdulillah aku lolos tahap 1 bersama 308 peserta lain dari seluruh Indonesia....(gak nyangka juga soalnya pendaftarnya mencapai 10ribuan). Setelah melihat pengumuman, seleksi selanjutnya dilaksanakan di regional masing-masing. Bagi peserta yang mendaftar di Surabaya, mendapatkan jadwal tes seleksi tahap 2 (direct assessment) tanggal 26 – 27 Januari 2015 di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
                Ada 37 orang yang lolos di Surabaya, dibagi menjadi 2 gelombang. 20 peserta mengikuti tes tanggal 26 dan sisanya tanggal 27 Januari. Dalam sehari akan ada beberapa tahapan tes, yang pertama adalah perkenalan profil diri, kemudian psikotes, focus group discussion, tes wawancara, microteaching, dan terakhir adalah tes bakat dan minat. Jadwal tes dimulai dari jam 7.00- 17.00. Karena sangat antusias, aku mempersiapkan diri sebaik mungkin, khususnya media pembelajaran dan materi K-13 untuk anak SD kelas 4 dengan tema energi untuk microteaching.(tema materi sudah dibagikan)
                Hari H pelaksanaan tes pun tiba. Karena takut telat, aku berangkat sepagi mungkin dari Surabaya menuju Sidoarjo (sekitar 1 jam perjalanan naik sepeda motor). Sembari menunggu beberapa saat di lokasi ujian, aku sempat berkenalan dengan sesama peserta tes. Kebanyakan dari mereka baru saja  lulus kuliah (fresh graduate), jadi aku sepertinya paling tua sendiri....hehe... . Akhirnya, jam 8 tes pun dimulai, diawali pembukaan oleh rektor UMSIDA dan dilanjutkan oleh perkenalan profil masing-masing peserta. Setiap peserta diberikan waktu 10 menit untuk memperkenalkan diri sekaligus tanya jawab. Ada yang memperkenalkan diri sebagai aktivis LSM, pengusaha, ketua club drama, guru, dll. Memang kumpulan pemuda-pemuda hebat dan berbakat.
Peserta seleksi Direct Assessment PM X di UMSIDA 



                Tes selanjutnya adalah psikotes, kami diminta menjawab soal-soal psikotes yang berkaitan dengan kepribadian masing-masing selama 1 jam. Setelah itu, kami dibagi menjadi 2 kelompok untuk melakukan diskusi dan pemecahan masalah lewat focus group discussion (FGD). Kami diberi sejumlah permasalahan dan diminta untuk menyelesaikan dengan cara musyawarah untuk menentukan solusi terbaik. Setiap peserta harus mengeluarkan pendapat masing-masing, sehingga tercapai kesepakatan dari seluruh anggota.
                Setelah FGD, kami istirahat untuk sholat dan makan siang. Kemudian dilanjutkan dengan microteaching. Kami diminta bergantian untuk mengajar dengan topik masing-masing yang telah ditentukan sebelumnya. Masing-masing diberikan waktu selama 30 menit untuk mengajar. Sedangkan yang menjadi siswanya ya peserta lainnya. Hmmm.... ternyata kami yang berpura-pura menjadi siswa telah diskenario sedemikian rupa. Kami diminta berlagak seperti anak SD dengan permasalahan sebenarnya, ada yang suka nangis, suka berantem, jadi autis/hiper, ngompol di kelas (gila abisss pokoknya...). Bahkan ketika giliranku mengajar, setting kelas disituasikan sedang terjadi bencana gempa bumi. Tiba-tiba waktu asik-asiknya ngajar, anak-anak lari semua. Ada yang kejatuhan meja, kursi, minta gendong dll.  Awalnya bingung mau diapain, akhirnya aku minta semua lari dan tiarap di lapangan depan sekolah....hahaha (ekstrim banget).
                Setelah microteaching, dilanjutkan dengan tes wawancara secara bergantian. Setiap peserta menghadapi para assessor-assessor handal. Ternyata wawancaranya sangat lama. Pertanyaan yang diajukan sangat banyak, menyangkut juga dengan esai yang kami tulis. Bahkan ada juga pertanyaan menyangkut privasi dan curhatan... (hehehe). Sesi terakhir adalah peminatan dan bakat. Kami diminta mengisi form peminatan dan diminta menggambar orang dan pohon. Katanya gambar dan pohon itu dapat menggambarkan karakter kita.... (kok bisa gitu gak paham juga ceritanya).
                Akhirnya tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.00, seluruh rangkaian tes telah selesai. Ternyata mengikuti tes IM ini sangat menyenangkan, tidak seperti seleksi pekerjaan lainnya. Selain itu aku juga bertemu dengan teman-teman yang hebat dan berkarakter.
                Bulan Maret 2015 kemarin sudah diumumkan peserta yang lolos untuk tahap 3 lewat email masing-masing. Dan ternyata, aku tidak lolos...belum beruntung, hehe... Tetapi pengalaman mengikuti seleksi Indonesia Mengajar ini tidak terlupakan. Unforgottable momment....

  

Tuesday, 9 June 2015

SM3-T, Ujung Tombak Pendidikan Indonesia

                Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari hampir 13 ribu pulau yang tersebar dari ujung barat di kota Sabang hingga ke timur kota Merauke, saat ini dapat dikatakan bahwa pembangunannya masih belum merata dalam berbagai bidang. Seperti yang kita ketahui bahwa roda pembangunan masyarakat, baik itu pemerintahan, ekonomi, dan juga kependidikan khususnya masih terfokus di beberapa pulau besar, seperti Jawa, Bali dan Sumatra. Padahal selain pulau-pulau itu masih banyak pulau-pulau lain terutama pulau dan daerah terluar yang pembangunannya masih sangat lambat. Belum adanya akses listrik, jaringan telekomunikasi, sulitnya medan dan minimnya transportasi menjadi penghambat selama ini. Pemerataan menjadi hal yang mutlak dilakukan oleh pemerintah saat ini. Kementerian Pendidikan Nasional, dalam hal ini Dirjen Dikti mencoba melakukan terobosan baru untuk menjawab masalah pelik ini, terutama dalam mengatasi kekurangan tenaga pendidik di daerah 3T(terdepan, Terluar, dan tertinggal).
Siswa di daerah 3T kabupaten Maluku Barat Daya
Pada pertengahan 2011, Dikti meluncurkan sebuah program baru yang bernama SM-3T, kepanjangan dari Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal. Program ini  adalah rencana jangka panjang Dikti dalam rangka pemerataan pendidikan di daerah 3T yang pesertanya dikhususkan bagi para sarjana muda bidang ilmu kependidikan yang berusia maksimal 28 tahun dan masih lajang yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengabdikan diri di daerah 3T. Mereka yang berminat mengikuti program ini diseleksi terlebih dahulu dan yang lolos diberikan pelatihan ketahanmalangan singkat sebelum akhirnya diberangkatkan ke tempat tugas. Para lulusan sarjana yang kebanyakan dari universitas-universitas keguruan (IKIP) ini nantinya akan ditugaskan untuk mengajar selama satu tahun di sekolah-sekolah daerah 3T yang ditentukan oleh Dikti. Mereka mendapatkan fasilitas biaya hidup selama tugas dan juga tiket untuk berangkat dan pulang dari tempat tugas. Seusai melaksanakan tugasnya, mereka nantinya akan kembali ke kampus yang telah ditentukan oleh Dikti untuk digembleng menjadi guru profesional dalam wadah Pendidikan Profesi Guru.
Siswa SMA sedang membuat tiang bendera dari bambu
Program SM-3T  yang telah memasuki tahun kelima ini dinilai memberikan banyak manfaat bagi siswa dan masyarakat di daerah 3T. Meskipun terkendala berbagai masalah di lapangan, program ini dianggap berhasil di dalam penerapannya di masyarakat. Program yang oleh banyak kalangan diasumsikan meniru konsep program Indonesia Mengajar ini telah menggugah semangat pemuda pemudi Indonesia, khususnya para sarjana-sarjana muda bidang kependidikan yang ingin mendedikasikan ilmunya bagi anak-anak di daerah terpencil. Gambaran bahwa daerah 3T merupakan daerah yang terpencil, jauh dari keramaian dan zona nyaman tidak membuat nyali mereka menjadi ciut. Namun mereka semakin gigih berjuang dalam keterbatasan yang ada. Kekurangan bahkan ketiadaan guru, tidak adanya buku-buku penunjang kegiatan belajar mengajar yang memadai, kondisi gedung sekolah yang bobrok, hingga perbedaan kultur budaya dan agama tidak membuat para calon guru ini menyerah. Dengan dukungan masyarakat setempat yang dengan senang hati membantu, mereka pantang mundur memberikan segala upaya untuk mendidik anak-anak bangsa.




Guru SM3-T memimpin apel pagi

Dampak positif yang luar biasa diberikan untuk kemajuan daerah 3T, selain memenuhi kebutuhan pokok siswa yakni mengajar, para pendidik muda ini juga banyak membantu administrasi sekolah yang selama ini morat-marit. Bahkan mereka juga turut berperan aktif dalam kegiatan bermasyarakat, seperti kerja bakti, ikut serta dalam kegiatan keagamaan, membantu administrasi di pemerintahan desa atau kecamatan, melestarikan kebudayaan setempat, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Banyak tanggapan positif yang muncul setelah adanya program ini, bahkan beberapa pemerintah daerah setempat meminta perpanjangan kontrak untuk memenuhi kebutuhan guru disana. Harapan yang nantinya muncul adalah program ini terus berlanjut, sehingga diharapkan saling memberikan keuntungan bagi semua pihak. Anak-anak di daerah 3T mendapatkan pendidikan yang layak, pemerintah baik daerah maupun pusat terbantu dengan program ini, serta para peserta SM-3T mendapatkan pengalaman berharga yang nantinya akan menjadi bekal mereka sebagai calon guru yang ikhlas dalam mendidik dan mengajar.

Rico Ady Sya’bana
Universitas Negeri Surabaya

(Peserta SM-3T 2012 penempatan Kab. Maluku Barat Daya)

Monday, 8 June 2015

The Wonderful Island: Sermata Island

Sermata Beautiful Coast
            I will tell you about a wonderful place which I have ever stayed for a long time. This name is Sermata Island. Sermata is a remote island in southeast of Indonesia and it is located in Mollucas province. It is one of Babar archipelago and becomes one of Southwest Mollucas district, a new territory district which has just been established.

This island is not easy to reach because it is in the center of widest and deepest sea of Indonesia, Banda Sea. From Ambon or Kupang, you can only use ferry or smallboat to go to there. If you prefer to choose ferry, you must wait for long time because there is only one ferry which is operated in a month. It is a better choice if you rent a smallboat rather than ferry because it will not waste much ti
Walking on the Sermata off road
me. Even though the price is more expensive than the price of ferry ticket, sailing by smallboat will make you easier when you travel to another place.
Sermata is a tiny island, which only consist of no more than 10 villages. The number of inhabitants is about 500 to 800 people in each village. Almost of them are peasants and fishermen. They still use a very conventional equipment to work in field or sea. Corn is the main commodity of this agricultural field besides cassava, carrot, and other vegetables. Fan palm is also widely grown in this land. The landscape of Sermata Island is very attractive. The large green forest and hill surrounded by long white coast is a nice panorama of this island.
Wedding Culture in Batugaja Village 




Although the transportation are difficult to get, the wonderful of Sermata makes some visitors come to there.

Thursday, 4 June 2015

Aturan Debat Bahasa Inggris

Australian Parliamentary/Australasian Parliamentary ("Australs").



Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan sebagai berikut:

1. Pembicara pertama pihak Pemerintah - 7 menit
2. Pembicara pertama pihak Oposisi - 7 menit
3. Pembicara kedua pihak Pemerintah - 7 menit
4. Pembicara kedua pihak Oposisi - 7 menit
5. Pembicara ketiga pihak Pemerintah - 7 menit
6. Pembicara ketiga pihak Oposisi - 7 menit
7. Pidato penutup pihak Oposisi - 5 menit
8. Pidato penutup pihak Pemerintah - 5 menit

Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah.
Debat Bahasa Inggris SMA

Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes) That globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya) Bahwa globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.

Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan. Tidak ada interupsi dalam format ini.

Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat unanimous ataupun split decision.


Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup populer terutama di kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang menggunakan format ini adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) dan Indonesian Varsity English Debate (IVED).
Asian Parliamentary ("Asians").