Galala, 18 Oktober 2012
Pukul 7.10 WIB, hari Senin 15
Oktober 2012, pesawat Lion Air meluncur ke udara membawaku terbang meninggalkan
tanah kelahiranku, Jawa. Sebuah awal baru perjalanan hidupku telah dimulai,
mengejar mimpi-mimpiku yang telah lama terpendam untuk berpetualang ke suatu
tempat yang belum pernah terbayang di benakku. Maluku, sejarah mencatat tempat
ini adalah suatu kawasan yang paling dicari pada masa lampau karena hasil
buminya yang kaya. Daerah penghasil rempah-rempah, nan kaya akan hasil tambang
yang melimpah ruah. Provinsi yang terdiri atas puluhan bahkan ratusan pulau-pulau
yang menyebar dari ujung Morotai di utara hingga ke Sermata di ujung terselatan
lautan. Tidak mengherankan provinsi ini menjadi lumbung ikan nasional.
Dalam
waktu setengah jam, pulau jawa tanah kelahiranku sudah tidak terlihat lagi.
Yang ada hanya gulungan awan putih berkilau diatas lautan biru. Selama
perjalanan terlihat pulau-pulau berwarna hijau kecoklatan. Sebuah pulau
terlihat memanjang dengan garis pantai berwarna hijau kebiruan. Sungguh luar
biasa indahnya ciptaan-Mu ya Allah...
Tidak terasa pada akhirnya
sebuah sebuah daratan berbukit hijau mendekat. Inilah Ambon, ibukota Provinsi
Maluku. Burung besi ini mendarat di atas landasan pacu bandar udara Pattimura
yang basah karena gerimis. Jam tanganku pukul 9.40, tapi di bandara ada sebuah
jam dinding besar telah menunjukkan pukul 11.40 (perbedaan waktu selisih 2 jam
antara WIB dan WIT).
Menunggu sekitar 1 jam di bandara, bus Damri akhirnya
tiba untuk menjemput rombonganku untuk
menuju ke kapal yang telah berlabuh di pelabuhan Ambon. Sepanjang perjalanan,
panorama indah yang terlihat. Di sisi kiri tampak bukit-bukit hijau dengan
rumah-rumah diatasnya, di sebelah kanan lautan luas membiru dengan kapal-kapal
yang berlayar diatasnya. Sekitar pukul 14. 30 WIT, sampai juga di pelabuhan
yang bernama Galala.
Pelabuhan
Galala Ambon yang terletak di teluk Ambon ini kecil, tapi mempesona.
Kapal-kapal ferry berbagai ukuran tak henti-hentinya berlabuh dan menurunkan
penumpang. Air laut di pelabuhan ini jernih, bersih dari kotoran serta limbah.
Ikan-ikan kecil banyak terlihat di tepi dermaga.
Kapal yang akan kami naiki untuk menuju ke
kab. Maluku Barat Daya bernama KMP. Marsela. Nama Marsela diambil dari sebuah
pulau di ujung tenggara kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) yang berbatasan laut
dengan benua Australia. Kapal ini mampu menampung sekitar 200 orang penumpang,
tergolong kecil untuk ukuran ferry jarak jauh. Terdiri dari 1 ruang VIP, 1
ruang tatami, dan 2 ruangan ekonomi untuk penumpang. Selain itu terdapat
ruangan lain seperti dapur, kamar mandi serta musholla. Kapal milik pelni ini
sebenarnya memang awalnya diperuntukkan untuk penyeberangan antar pulau di MBD.
Tetapi karena sulitnya mendapatkan solar untuk bahan bakar kapal tersebut di
daerah MBD, maka rute pelayaran KMP. Marsela harus dari Ambon dahulu.
Semalam rombongan
SM-3T kami mendapat kabar kurang menyenangkan, kapal ferry tujuan ke kepulauan
Maluku Barat Daya ini baru akan berangkat di hari Jumat karena mengisi akan
bahan bakar dan muatan. Itu artinya selama 5 hari kami harus tinggal di kapal.
Terpaksa kami tertahan sebelum diberangkatan ke pulau tujuan. Mumpung ada
kesempatan, momen yang ada aku gunakan untuk membeli beberapa kebutuhan yang
mungkin tidak tersedia di tempat tugas. Bahkan sempat juga aku berkeliling kota
Ambon sambil melihat keindahan pantai pasir putih Natsepa yang sangat indah.
Inilah Maluku tanah air beta...
No comments:
Post a Comment