Lelang, 29 November 2012
Pagi hari
tanggal 29 November 2012, desa Lelang menjadi lebih sibuk dari biasanya. Maklum
hari itu desa yang merupakan ibukota Kec. Mdona Hyera ini akan kedatangan tamu istimewa.
Pejabat nomor satu di pemerintahan kabupaten Maluku Barat Daya, Bupati Barnabas
Orno akan mengunjungi desa ini untuk menghadiri acara peletakkan batu pertama
untuk pembangunan gereja setempat. Sejak pagi, seluruh warga masyarakat dan
instansi setempat sudah bersiap menunggu rombongan bupati beserta jajarannya.
Pelatih seka sedang menabuh tifa besar ketika berlatih bersama
siswa dan guru SM3-T sebagai persiapan sebelum acara penyambutan bupati
untuk peletakkan batu pertama gereja desa Lelang
|
Kami (guru dan siswa SMP-SMA Mdona Hyera) sebagai bagian dari
instansi pendidikan juga telah melakukan berbagai persiapan untuk acara
penyambutan rombongan pejabat ini. Bahkan 1 bulan sebelum acara tersebut,
panitia telah meminta kami pihak sekolah serta para guru SM-3T bersama siswa
SMP dan SMA Mdona Hyera untuk memberikan kontribusi agar menampilkan suatu
kreasi dalam acara penyambutan. Kami pun menyanggupinya untuk menmpilkan sebuah
tarian adat setempat yang bernama tarian seka. Seka adalah tarian yang dilakukan
oleh sekitar 25-an orang yang saling bergandeng tangan dengan membentuk
lingkaran. Tarian ini diiringi oleh alat musik tifa yang dimainkan oleh 3 orang
di tengah-tengah penari yang lain. Para penari seka menyanyikan lagu dari
bahasa lokal setempat yang isinya berisi ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa. Pada saat nyanyian berlangsung, 2 orang penari khusus menari di tengah
lingkaran tersebut. Tarian ini sangat khas karena menyajikan budaya setempat
dengan semboyan Kalwedo yang artinya salam basudara atau salam persaudaraan.
Setelah menunggu dari jam 7 pagi, tamu istimewa yang ditunggu pun
akhirnya datang sekitar pukul 4 sore. Usaha kami untuk menunggu pun tidak
sia-sia karena acara penyambutan berlangsung sangat meriah. Beberapa saat
ketika rombongan bupati turun dari speed, para siswa yang khusus ditugaskan
untuk menyambut langsung memberi ucapan selamat datang (Kalwedo) dalam bahasa
lokal setempat. Para pegawai seluruh instansi kecamatan dan desa, guru, siswa,
serta warga masyarakat juga turut berjajar untuk menyambut bupati. Disamping
itu, sebagai bagian dari penyambutan juga ditampilkan tarian adat cakalele,
tarian musikal anak-anak gereja dan nyanyian ibu-ibu paduan suara gereja.
Bupati beserta jajaran pejabat disambut dengan cara adat yakni meminum
sopi dan makan daun sirih serta dikalungi syal dari kain tenun khas daerah
setempat. Sopi adalah minuman hasil fermentasi buah koli (di Jawa biasa disebut
buah siwalan) yang mempunyai kadar alkohol tinggi dan sangat memabukkan. Meski
sopi sebenarnya minuman yang dilarang dan hanya boleh dipakai di acara adat, tetapi
di daerah ini masih banyak warga yang mengkonsumsinya. Daun sirih dan tembakau biasanya
dikonsumsi oleh ibu-ibu dan orang tua karena dipercaya untuk memperkuat gigi.
Tarian seka
yang menjadi suguhan utama pada acara penyambutan itu ditampilkan pada malam
harinya di bagian akhir dari acara peletakkan batu pertama gereja. Walaupun
saat penampilan tersebut suasana terlalu gelap karena terbatasnya penerangan
pada malam hari, tapi kolaborasi gabungan antara siswa dan guru mampu membuat
pak bupati terkesima bahkan ikut bergabung ketika menari seka.
Tradisi tarian
seka, sopi, daun sirih merupakan warisan budaya yang khas dari Maluku khususnya
di Pulau Sermata dan MBD. Sungguh merupakan suatu kehormatan bagi kami para
guru SM-3T beserta para siswa diberi kesempatan untuk menampilkan budaya lokal
tersebut.
No comments:
Post a Comment