Wednesday, 25 September 2013

Liburan Akhir Tahun : Naik KM. Banda Naira dan mengunjungi Kota Saumlaki


Saumlaki, 19 Desember 2012


Seorang ayah dan anaknya sedang bersampan di waktu senja dengan latar belakang Kapal Banda Naira yang bersandar di pantai Lelang

                KM Banda Naira adalah salah satu kapal perintis yang melayani pelayaran untuk penumpang dengan rute dari Ambon, Kep. Maluku Barat Daya (MBD), Saumlaki dan Tual. Kapal yang sudah beroperasi sekitar 10 tahun ini merupakan alat transportasi yang banyak diminati warga MBD khususnya masyarakat Pulau Sermata. Pada hari Minggu, 16 Desember 2012, aku berkesempatan naik kapal ini untuk berlayar menuju ke kota Saumlaki. Bersama keempat teman, Dian, Leni, Adlin dan Nining sesama peserta SM-3T penempatan desa Lelang kami berangkat. Kebetulan sekolah tempat kami bertugas sedang liburan semester dan kami mendapat izin untuk berlibur sekaligus belanja kebutuhan di kota tersebut.


Bayangan bahwa kapal Banda Naira yang akan kami tumpangi ini ternyata tidak sesuai harapanku. Terlihat dari jauh kapal ini megah dan berwarna keemasan. Tetapi setelah mendekat, tampaknya kapal ini jauh dari standart kelayakan. Badan besi kapal terlihat sudah aus dan berkarat. Setelah naik ke dalam kapal dari atas speed yang mengantar, kami melihat kapal yang sudah penuh sesak oleh penumpang. Bahkan tidak hanya manusia yang menjadi penumpangnya, tetapi juga barang-barang  serta berbagai jenis hewan ternak semacam kambing, babi, ayam, anjing, burung dan sebagainya masuk dalam kapal tersebut. Kapal yang namanya diambil dari nama kota di kep. Banda ini semacam kereta api ekonomi KRD tujuan Surabaya-Bojonegoro yang sering aku naiki di Jawa. Jadi aku tidak terlalu kaget dan sudah terbiasa dengan kondisi transportasi seperti ini.



Seekor babi akan diturunkan dari atas kapal ke  perahu motor yang sudah menunggu di bawahnya

              Menempuh perjalanan kurang lebih 2 hari 1 malam, akhirnya sampai juga kami di kota Saumlaki setelah sebelumnya kapal singgah di beberapa pulau seperti pulau Babar, Dai, dan Daweloor. Sebelum masuk di pelabuhan, kami disuguhi pemandangan sebuah patung lambang kota yang dibangun diatas laut. Kota ini adalah ibukota kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan terletak terletak di Pulau Yamdena. Sebelum menjadi kabupaten baru, wilayah MBD masih masuk ke dalam kabupaten MTB. Tetapi karena rentang kendali yang terlalu jauh, maka pada th. 2008 kab. MTB dimekarkan lagi sehingga lahirlah kab. MBD dengan ibukota di Tiakur. Saumlaki adalah kota pelabuhan yang cukup besar dan ramai. Fasilitas yang ada di kota ini juga sudah cukup lengkap. Di kota ini sudah ada Bank BRI dan BPD Maluku serta ATM dimana kami bisa mengambil gaji. Selain itu kami juga dapat belanja berbagai kebutuhan yang selama ini tidak terdapat di tempat kami bertugas karena disana juga ada pasar tradisional dan pusat pertokoan. Perasaan kami setelah sampai di kota ini sungguh senang tidak karuan karena sudah dua bulan lebih kami hidup di pulau terpencil yang jauh dari keramaian, dengan akses komunikasi yang terbatas karena tidak tersedianya tower signal. 3 hari kami tinggal dengan menginap di sebuah penginapan di dekat pelabuhan Saumlaki sudah cukup membuat hati kami merasa lega. Salah satu pengalaman yang tidak akan terlupakan.
                

No comments:

Post a Comment