Tuesday, 1 October 2013

Keindahan Pulau Kisar: The Jerussalem of Indonesia

Oirata Timur, 4 Agustus 2013


                Angin bertiup kencang di siang hari ketika aku mengetik tulisan ini di bawah pohon lemon  (jeruk) yang rindang di Pulau Kisar. Kebetulan saat ini aku sedang berlibur di pulau ini dan menginap di kediaman Bapak Beny Kamanasa, Kepala SMAN 1 Mdona Hyera di desa Oirata Timur. Kisar adalah pulau kecil yang terletak di kepulauan Maluku paling selatan dan berbatasan laut dengan negara Timor Leste. Dari pulau ini, kita dapat melihat kota Los Palos di Timor Leste dengan jelas karena jaraknya yang sangat dekat. Dengan perahu motor yang ditempuh waktu tiga jam saja sudah sampai di Pulau Timor.
                Pulau Kisar berbentuk seperti mangkuk, pantainya berbukit karang dan di tengahnya ada cekungan besar. Dari luar pulau ini terlihat tanpa penghuni karena tidak ada pemukiman penduduk. Beribukota di Wonrelli, pulau ini merupakan wilayah kecamatan P.P. Terselatan dan bagian dari kabupaten Maluku Barat Daya (MBD). Tahun lalu Wonrelli menjadi ibukota sementara Kabupaten Maluku Barat Daya  sebelum pindah ke Tiakur di Pulau Moa. Kisar merupakan pulau berpenduduk terpadat di MBD. Pulau ini memiliki fasilitas yang paling lengkap dibanding dengan pulau-pulau lain di MBD. Disini sudah ada dermaga, bandara, jalan aspal, pasar tradisional, bank, dan beberapa toko besar. Listrik tenaga diesel dan solar cell untuk keseluruhan pulau sudah menyala hampir seharian, hanya dua jam dimatikan tiap sore untuk mengganti mesin.
                Pulau Kisar terkenal dengan lemon manis (buah jeruk mirip sunkist yang rasanya sangatlah manis). Hampir di semua tempat di pulau ini tumbuh pohon lemon yang pada musimnya berbuah, dapat mencapai ratusan hingga ribuan buah di setiap pohonnya. Setiap warga Kisar, khususnya di desa Oirata, memiliki kebun sendiri di samping rumah mereka. Biasanya kebun-kebun itu ditanami jagung dan di sela-selanya ada pohon lemonnya. Setiap tahun lemon-lemon itu berbuah dan siap dipanen ketika memasuki bulan Agustus-September. Kota Kupang di Provinsi NTT menjadi daerah pasaran utama penjualan lemon ini. Hampir setiap kapal yang masuk ke Kisar menuju Kupang selalu dipenuhi ratusan karung lemon untuk dijual setiap musim buah. Kupang adalah kota yang cuaca panas sehingga cocok untuk orang makan buah lemon yang manis dan segar.
Di pulau Kisar ini ada beberapa desa dan dusun. Hampir semua desa terletak di bagian tengah pulau. Salah satunya adalah Desa Oirata Timur, tempatku tinggal selama libur sekolah ini. Desa ini terletak di perbukitan bagian selatan dan berbatasan dengan desa Oirata Barat. Dulu Oirata Timur dan Barat menjadi satu sebelum akhirnya terpisah. Penduduk Oirata dikenal juga sebagai suku atau orang Oirata.
Tetua adat sedang memberi nasihat kepada pngantin


Oirata adalah desa yang khas karena merupakan desa yang memiliki budaya dan bahasa tersendiri dibandingkan dengan desa-desa lain di Kisar dan MBD pada umumnya. Budaya dan adat suku / orang Oirata masih sangat kental karena masih dijaga kelestariannya hingga sekarang. Salah satu contohnya adalah adat penikahan. Beruntung ketika sampai disini, aku mendapatkan kesempatan untuk melihat adat pernikahan setempat. Penduduk disini tidak sembarangan dalam menikah. Kedua pasangan yang ingin menikah harus memenuhi persyaratan adat yang telah diatur. Di Oirata, setiap warga tergabung dalam satu marga / fahm. Gabungan dari beberapa marga disebut sebagai mata rumah dan beberapa mata rumah disebut soa. Setiap marga dan mata rumah telah dibagi kedalam tiga strata / tingkatan. Yaitu tingkat atas (marna), tengah dan bawah. Setiap orang yang akan menikah telah ditentukan tingkat marganya masing-masing. Misalnya seseorang yang merupakan bagian dari marga dan mata rumah tingkat marna seharusnya menikah dengan warga lain yang marganya tingkat marna juga. Jika mereka melanggar aturan tersebut, maka akan mendapat risiko yang harus diterima, yaitu anak cucunya kelak tidak akan mendapat harta warisan dari orang tuanya.

Kambing-kambing yang digembalakan di pantai Kiasar
Keindahan panorama pulau Kisar juga tidak kalah dengan keindahan budayanya. Di pulau ini terdapat wisata pantai yang sangat indah. Pantai Kiasar yang terletak di selatan pulau memiliki keindahan yang luar biasa. Bukit-bukit teletubbies membentang di tepi pantai yang dikelilingi batu karang. Di tengah bukit itu terdapat sebuah salib besar yang berdiri tegak. Selain pantai Kiasar, terdapat juga tempat wisata lain seperti pantai Nama, pantai Jawalang dan juga bukit doa yang terletak di desa Oirata. Dinamakan bukit doa karena biasanya dipakai masyarakat setempat untuk berdoa dan beribadah. Orang maluku menyebut pulau Kisar ini memiliki kemiripan dengan kota Jerusalem di Israel karena keindahannya yang menakjubkan.

Saturday, 28 September 2013

Ronda-Ronda di Pulau Sermata: Jalan-jalan ke desa Mahaleta dan Elo


Elo, 17 Februari 2013
Kecamatan Mdona Hyera merupakan sebuah kecamatan yang baru saja dimekarkan di Kab. Maluku Barat Daya. Kecamatan ini terdiri dari beberapa desa yang rata-rata jumlah penduduknya antara 200-600an jiwa. Desa Lelang tempatku bertugas sekaligus sebagai ibukota Kecamatan Mdona Hyera, kemudian desa Mahaleta, Romdara, Elo, Rumkisar, Batugaja, Regoha, Pupliora, Rotnama di Pulau Sermata serta Luang Barat dan Luang Timur yang terpisah di pulau tersendiri di Pulau Luang. Hampir semua desa di kecamatan ini berada di sepanjang pantai. Hal ini dikarenakan kontur geografis pulau yang pada bagian tengahnya merupakan daerah perbukitan yang curam dan tidak rata sehingga sukar untuk dijadikan sebagai tempat pemukiman.
        Sabtu siang, 16 Februari 2013, aku bersama M. Eko Tirto, temanku SM-3T yang sama-sama mendapat tugas di desa Lelang berencana mengadakan ronda-ronda ke desa Mahaleta dan Elo. Ronda-ronda itu istilah yang biasa dipakai orang Maluku berarti jalan-jalan atau berpelesir. Mahaleta dan Elo adalah desa yang terletak di bagian utara Pulau Sermata. Kami ronda-ronda ke dua desa tersebut bukan hanya untuk berpergian tanpa alasan. Sebenarnya tujuan kami adalah untuk mengantarkan pelampung kiriman dari panitia SM-3T di Jawa untuk diserahkan kepada seluruh peserta SM-3T yang ada di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) khususnya di kecamatan Mdona Hyera ini. Ada 3 buah pelampung yang merupakan jatah untuk ketiga teman kami yang ada di desa Elo masih kami titipkan di Mahaleta yang kebetulan ada juga 2 teman kami yang disana. Sedangkan pelampung-pelampung yang lain sudah diterima oleh semua peserta yang ada di desa-desa lain.
         Dari desa Lelang, aku dan Eko yang juga merupakan koordinator SM-3T se-kecamatan Mdona Hyera berangkat naik sepeda motor ke desa Mahaleta pada siang hari. Jalan yang kami lalui adalah sebuah jalan yang baru saja dibangun akhir tahun lalu dan masih dalam kondisi sirtu. Walaupun masih baru tetapi kondisi tanah yang labil karena merupakan perbukitan menyebabkan jalan ini mengalami sedikit longsor di beberapa bagian. Jalan ini pun sangat licin karena guyuran hujan sehingga kami harus sangat berhati-hati melaluinya. Di tengah perjalanan, dari atas bukit terlihat pemandangan laut utara desa Mahaleta yang indah mempesona.
            Tidak sampai setengah jam, kami telah tiba di tempat tinggal kedua teman kami, Nanda Okkyanti dan M. Junaidi di desa Mahaleta. Selain mengambil pelampung, kami juga mengajak kedua teman kami tersebut ikut ke desa Elo. Karena waktu yang semakin sore, terlihat jam di hapeku telah menunjukkan pukul 4 sore WIT, akhirnya kami berempat, aku, Eko, Nanda dan Mas Jun berangkat berjalan kaki bersama-sama menuju ke desa Elo yang berjarak sekitar 9 km dari Mahaleta. Meski dalam guyuran hujan gerimis, kami tetap berangkat karena khawatir akan kemalaman di jalan.
Jalan yang kami lalui menuju ke desa Elo sungguh mengasyikan. Jalan yang kami lewati berupa jalan setapak. Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan seorang laki-laki bersama istri dan anaknya sedang menaiki kuda mereka untuk menuju ke kebun. Terlihat bekas kaki kuda yang tercetak diatas jalan yang sedikit berlumpur itu. Setelah melewati jalan setapak yang berupa rumput-rumput yang tinggi dan kebun-kebun jagung disampingnya, kami mendapati jalan di tepi pantai berpasir putih yang sangat panjang.


Disela-sela pantai yang dinamakan pantai Pasir Panjang tersebut ada batu-batu karang terjal karena hempasan ombak. Suatu perjalanan yang belum pernah aku alami selama hidup, berjalan kaki diatas pasir pantai berkilo-kilometer sambil melihat pemandangan ombak putih di laut biru yang luas dan perbukitan nan hijau disisi yang lain pula. Bahkan tampak pula seekor burung pemakan ikan berleher panjang sedang berjalan santai diatas pasir putih yang belum pernah aku lihat secara langsung sebelumnya. Sekitar pukul 7 malam akhirnya sampai juga kami di desa Elo dan bertemu dengan teman-teman SM-3T yang bertugas disana. That’s an amazing adventure..........  



Wednesday, 25 September 2013

Liburan Akhir Tahun : Naik KM. Banda Naira dan mengunjungi Kota Saumlaki


Saumlaki, 19 Desember 2012


Seorang ayah dan anaknya sedang bersampan di waktu senja dengan latar belakang Kapal Banda Naira yang bersandar di pantai Lelang

                KM Banda Naira adalah salah satu kapal perintis yang melayani pelayaran untuk penumpang dengan rute dari Ambon, Kep. Maluku Barat Daya (MBD), Saumlaki dan Tual. Kapal yang sudah beroperasi sekitar 10 tahun ini merupakan alat transportasi yang banyak diminati warga MBD khususnya masyarakat Pulau Sermata. Pada hari Minggu, 16 Desember 2012, aku berkesempatan naik kapal ini untuk berlayar menuju ke kota Saumlaki. Bersama keempat teman, Dian, Leni, Adlin dan Nining sesama peserta SM-3T penempatan desa Lelang kami berangkat. Kebetulan sekolah tempat kami bertugas sedang liburan semester dan kami mendapat izin untuk berlibur sekaligus belanja kebutuhan di kota tersebut.


Bayangan bahwa kapal Banda Naira yang akan kami tumpangi ini ternyata tidak sesuai harapanku. Terlihat dari jauh kapal ini megah dan berwarna keemasan. Tetapi setelah mendekat, tampaknya kapal ini jauh dari standart kelayakan. Badan besi kapal terlihat sudah aus dan berkarat. Setelah naik ke dalam kapal dari atas speed yang mengantar, kami melihat kapal yang sudah penuh sesak oleh penumpang. Bahkan tidak hanya manusia yang menjadi penumpangnya, tetapi juga barang-barang  serta berbagai jenis hewan ternak semacam kambing, babi, ayam, anjing, burung dan sebagainya masuk dalam kapal tersebut. Kapal yang namanya diambil dari nama kota di kep. Banda ini semacam kereta api ekonomi KRD tujuan Surabaya-Bojonegoro yang sering aku naiki di Jawa. Jadi aku tidak terlalu kaget dan sudah terbiasa dengan kondisi transportasi seperti ini.



Seekor babi akan diturunkan dari atas kapal ke  perahu motor yang sudah menunggu di bawahnya

              Menempuh perjalanan kurang lebih 2 hari 1 malam, akhirnya sampai juga kami di kota Saumlaki setelah sebelumnya kapal singgah di beberapa pulau seperti pulau Babar, Dai, dan Daweloor. Sebelum masuk di pelabuhan, kami disuguhi pemandangan sebuah patung lambang kota yang dibangun diatas laut. Kota ini adalah ibukota kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan terletak terletak di Pulau Yamdena. Sebelum menjadi kabupaten baru, wilayah MBD masih masuk ke dalam kabupaten MTB. Tetapi karena rentang kendali yang terlalu jauh, maka pada th. 2008 kab. MTB dimekarkan lagi sehingga lahirlah kab. MBD dengan ibukota di Tiakur. Saumlaki adalah kota pelabuhan yang cukup besar dan ramai. Fasilitas yang ada di kota ini juga sudah cukup lengkap. Di kota ini sudah ada Bank BRI dan BPD Maluku serta ATM dimana kami bisa mengambil gaji. Selain itu kami juga dapat belanja berbagai kebutuhan yang selama ini tidak terdapat di tempat kami bertugas karena disana juga ada pasar tradisional dan pusat pertokoan. Perasaan kami setelah sampai di kota ini sungguh senang tidak karuan karena sudah dua bulan lebih kami hidup di pulau terpencil yang jauh dari keramaian, dengan akses komunikasi yang terbatas karena tidak tersedianya tower signal. 3 hari kami tinggal dengan menginap di sebuah penginapan di dekat pelabuhan Saumlaki sudah cukup membuat hati kami merasa lega. Salah satu pengalaman yang tidak akan terlupakan.
                

Tuesday, 24 September 2013

Kalwedo Bapak Bupati!!! Tarian adat Seka, Sopi dan Sirih


Lelang, 29 November 2012
Pagi hari tanggal 29 November 2012, desa Lelang menjadi lebih sibuk dari biasanya. Maklum hari itu desa yang merupakan ibukota Kec. Mdona Hyera ini akan kedatangan tamu istimewa. Pejabat nomor satu di pemerintahan kabupaten Maluku Barat Daya, Bupati Barnabas Orno akan mengunjungi desa ini untuk menghadiri acara peletakkan batu pertama untuk pembangunan gereja setempat. Sejak pagi, seluruh warga masyarakat dan instansi setempat sudah bersiap menunggu rombongan bupati beserta jajarannya.

Pelatih seka sedang menabuh tifa besar ketika berlatih bersama siswa dan guru SM3-T sebagai persiapan sebelum acara penyambutan bupati untuk peletakkan batu pertama gereja desa Lelang
Kami (guru dan siswa SMP-SMA Mdona Hyera) sebagai bagian dari instansi pendidikan juga telah melakukan berbagai persiapan untuk acara penyambutan rombongan pejabat ini. Bahkan 1 bulan sebelum acara tersebut, panitia telah meminta kami pihak sekolah serta para guru SM-3T bersama siswa SMP dan SMA Mdona Hyera untuk memberikan kontribusi agar menampilkan suatu kreasi dalam acara penyambutan. Kami pun menyanggupinya untuk menmpilkan sebuah tarian adat setempat yang bernama tarian seka. Seka adalah tarian yang dilakukan oleh sekitar 25-an orang yang saling bergandeng tangan dengan membentuk lingkaran. Tarian ini diiringi oleh alat musik tifa yang dimainkan oleh 3 orang di tengah-tengah penari yang lain. Para penari seka menyanyikan lagu dari bahasa lokal setempat yang isinya berisi ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Pada saat nyanyian berlangsung, 2 orang penari khusus menari di tengah lingkaran tersebut. Tarian ini sangat khas karena menyajikan budaya setempat dengan semboyan Kalwedo yang artinya salam basudara atau salam persaudaraan.

Setelah menunggu dari jam 7 pagi, tamu istimewa yang ditunggu pun akhirnya datang sekitar pukul 4 sore. Usaha kami untuk menunggu pun tidak sia-sia karena acara penyambutan berlangsung sangat meriah. Beberapa saat ketika rombongan bupati turun dari speed, para siswa yang khusus ditugaskan untuk menyambut langsung memberi ucapan selamat datang (Kalwedo) dalam bahasa lokal setempat. Para pegawai seluruh instansi kecamatan dan desa, guru, siswa, serta warga masyarakat juga turut berjajar untuk menyambut bupati. Disamping itu, sebagai bagian dari penyambutan juga ditampilkan tarian adat cakalele, tarian musikal anak-anak gereja dan nyanyian ibu-ibu paduan suara gereja. 
Bupati beserta jajaran pejabat disambut dengan cara adat yakni meminum sopi dan makan daun sirih serta dikalungi syal dari kain tenun khas daerah setempat. Sopi adalah minuman hasil fermentasi buah koli (di Jawa biasa disebut buah siwalan) yang mempunyai kadar alkohol tinggi dan sangat memabukkan. Meski sopi sebenarnya minuman yang dilarang dan hanya boleh dipakai di acara adat, tetapi di daerah ini masih banyak warga yang mengkonsumsinya. Daun sirih dan tembakau biasanya dikonsumsi oleh ibu-ibu dan orang tua karena dipercaya untuk memperkuat gigi.
Tarian seka yang menjadi suguhan utama pada acara penyambutan itu ditampilkan pada malam harinya di bagian akhir dari acara peletakkan batu pertama gereja. Walaupun saat penampilan tersebut suasana terlalu gelap karena terbatasnya penerangan pada malam hari, tapi kolaborasi gabungan antara siswa dan guru mampu membuat pak bupati terkesima bahkan ikut bergabung ketika menari seka.

Tradisi tarian seka, sopi, daun sirih merupakan warisan budaya yang khas dari Maluku khususnya di Pulau Sermata dan MBD. Sungguh merupakan suatu kehormatan bagi kami para guru SM-3T beserta para siswa diberi kesempatan untuk menampilkan budaya lokal tersebut.

Saturday, 21 September 2013

Meninggalkan tanah kelahiran Menuju Maluku Tanah Air Beta


Galala, 18 Oktober 2012

                Pukul 7.10 WIB, hari Senin 15 Oktober 2012, pesawat Lion Air meluncur ke udara membawaku terbang meninggalkan tanah kelahiranku, Jawa. Sebuah awal baru perjalanan hidupku telah dimulai, mengejar mimpi-mimpiku yang telah lama terpendam untuk berpetualang ke suatu tempat yang belum pernah terbayang di benakku. Maluku, sejarah mencatat tempat ini adalah suatu kawasan yang paling dicari pada masa lampau karena hasil buminya yang kaya. Daerah penghasil rempah-rempah, nan kaya akan hasil tambang yang melimpah ruah. Provinsi yang terdiri atas puluhan bahkan ratusan pulau-pulau yang menyebar dari ujung Morotai di utara hingga ke Sermata di ujung terselatan lautan. Tidak mengherankan provinsi ini menjadi lumbung ikan nasional.
                Dalam waktu setengah jam, pulau jawa tanah kelahiranku sudah tidak terlihat lagi. Yang ada hanya gulungan awan putih berkilau diatas lautan biru. Selama perjalanan terlihat pulau-pulau berwarna hijau kecoklatan. Sebuah pulau terlihat memanjang dengan garis pantai berwarna hijau kebiruan. Sungguh luar biasa indahnya ciptaan-Mu ya Allah...
                Tidak terasa pada akhirnya sebuah sebuah daratan berbukit hijau mendekat. Inilah Ambon, ibukota Provinsi Maluku. Burung besi ini mendarat di atas landasan pacu bandar udara Pattimura yang basah karena gerimis. Jam tanganku pukul 9.40, tapi di bandara ada sebuah jam dinding besar telah menunjukkan pukul 11.40 (perbedaan waktu selisih 2 jam antara WIB dan WIT).
                Menunggu sekitar 1 jam di bandara, bus Damri akhirnya tiba untuk menjemput  rombonganku untuk menuju ke kapal yang telah berlabuh di pelabuhan Ambon. Sepanjang perjalanan, panorama indah yang terlihat. Di sisi kiri tampak bukit-bukit hijau dengan rumah-rumah diatasnya, di sebelah kanan lautan luas membiru dengan kapal-kapal yang berlayar diatasnya. Sekitar pukul 14. 30 WIT, sampai juga di pelabuhan yang bernama Galala.
Pelabuhan Galala Ambon yang terletak di teluk Ambon ini kecil, tapi mempesona. Kapal-kapal ferry berbagai ukuran tak henti-hentinya berlabuh dan menurunkan penumpang. Air laut di pelabuhan ini jernih, bersih dari kotoran serta limbah. Ikan-ikan kecil banyak terlihat di tepi dermaga.
 Kapal yang akan kami naiki untuk menuju ke kab. Maluku Barat Daya bernama KMP. Marsela. Nama Marsela diambil dari sebuah pulau di ujung tenggara kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) yang berbatasan laut dengan benua Australia. Kapal ini mampu menampung sekitar 200 orang penumpang, tergolong kecil untuk ukuran ferry jarak jauh. Terdiri dari 1 ruang VIP, 1 ruang tatami, dan 2 ruangan ekonomi untuk penumpang. Selain itu terdapat ruangan lain seperti dapur, kamar mandi serta musholla. Kapal milik pelni ini sebenarnya memang awalnya diperuntukkan untuk penyeberangan antar pulau di MBD. Tetapi karena sulitnya mendapatkan solar untuk bahan bakar kapal tersebut di daerah MBD, maka rute pelayaran KMP. Marsela harus dari Ambon dahulu.
Semalam rombongan SM-3T kami mendapat kabar kurang menyenangkan, kapal ferry tujuan ke kepulauan Maluku Barat Daya ini baru akan berangkat di hari Jumat karena mengisi akan bahan bakar dan muatan. Itu artinya selama 5 hari kami harus tinggal di kapal. Terpaksa kami tertahan sebelum diberangkatan ke pulau tujuan. Mumpung ada kesempatan, momen yang ada aku gunakan untuk membeli beberapa kebutuhan yang mungkin tidak tersedia di tempat tugas. Bahkan sempat juga aku berkeliling kota Ambon sambil melihat keindahan pantai pasir putih Natsepa yang sangat indah. Inilah Maluku tanah air beta...

Wednesday, 18 September 2013

Pesan dan kesan yang ditulis oleh siswaku dari sekolah terpencil di Maluku Barat Daya…

Saat mengetik tulisan ini aku menangis, ingat mereka yang kutinggalkan disana. Semoga kalian meraih cita-cita dan aku berharap kita dapat berjumpa kembali suatu saat nanti...






“Meskipun engkau pergi jauh tapi jangan lupakan kami semua maafkan aku jika aku sudah mengecewakan kalian semua, aku juga tidak memberikan barang yang berharga untuk kalian semua hanya doa dan air mata yang megiringi kepergian kalian meskipun kalian pergi di Jawa, tapi aku mohon jangan lupakan aku dan aku juga tidak akan lupakan kalian semua seumur hidupku sampai mati pun tidak akan kulupakan apa yang kalian berikan untuk aku. Suatu saat nanti aku akan bertemu kalian semua dan aku juga akan mencari dan terus mencari.”
Buah rau buah rambutan,
Asalkan jangan buah pepaya.
Biar jauh letak lautan,
Asal jangan lupakan saya
Dari Yunita Niku (Siswa kelas VIII SMPN 2 MDONA HYERA)

“Pak Guru selama Pak Guru disini Pak Guru baik, sayang kepada murid. Pak Guru juga mengajar kami dengan sungguh-sungguh. Pak Guru maafkan saya mungkin selama satu tahun saya banyak salah. Trimakasih karena selama satu tahun ini Pak Guru sudah mengajarkan kami Bhs Inggris. Jasa Pak Guru tidak akan aku lupa.”
Dari Misye Onaola (Siswa kelas VIII SMPN 2 MDONA HYERA)

“Disaat Pa Rico ada saya sangat senang. Dan selama Pa Rico ada, Pa Rico memberikan pelajaran dan memperingati kami untuk lebih tekun belajar untuk mencapai masa depan yang cerah di hari nanti untuk kami menjadi anak yang baik tidak melawan orang tua, tidak melawan guru di sekolah.
Kalau Pa Rico telah sampai di tempat asal, Jangan lupa kami anak-anak SMP Negeri 2 Mdona Hyera.”
Dari Petrus Jotlely (Siswa kelas VIII SMPN 2 MDONA HYERA)

“Yang saya hormati Pa Rico ditempat.
Pa Rico saya berterimakasi kepada Pa Rico atas kebaikanmu sebagai seorang guru Bahasa Inggris. Saya berterimakasi atas ilmu yang engkau berikan kepada kami. Pa Rico maafkan aku jika aku ada salah padamu. Pa Rico disaat engkau akan pergi dan meninggalkan kami dan engkau pergi untuk mengunjungi kedua orang tuamu disana tolong jangan lupakan kami sebagai siswamu karna kami tidak akan melupakan wajah dan senyummu. Pa Rico jika engkau melangkah dan keluar dan meninggalkan kami di desa terpencil ini aku tidak pernah memberikan sesuatu yang indah tapi hanya doa dan harapan pada yang maha kuasa agar selalu memnuntun derap langkahmu, sampai engkau tiba disana nanti”
Dari Silfanny Pay (Siswa kelas VIII SMPN 2 MDONA HYERA)

“Untuk bapak Rico guruku
Bapak aku berharap bapak jangan lupakan aku ini didalam hati Bapak seperti aku menyimpan nama Bapak di dalam hati yang paling dalam ini karena Bapak suda mengajar aku dan teman-teman untuk belajar bersama Bahasa Inggris. Bapak aku sangat susah karena kalau bapak ibu guru pergi jikalau Bapak Ibu guru yang datang ini tidak ada yang mengajar Bahasa Inggris.”
Dari Stefiana Pay (Siswa kelas VIII SMPN 2 MDONA HYERA)

“Teruntuk Pak Rico
Salam hormat untuk Pak.
Pak, disaat Eba duduk menulis kesan ini, Eba ada dalam kesedihan yang mendalam.
Pak Eba mau ucapkan terimakasih yang begitu dalam kepada Bapak atas semua canda, tawa, dan semua kebaikan yang selama ini Pak Guru berikan kepada Eba. Namun Eba tidak mempunyai barang berharga, yang dapat Eba berikan hanya doa semoga Yang Maha Esa selalu memberkati. Akhir kata Eba ucapkan ribuan terimakasih yang sebesar-besar mungkin.”

Dari Joseba K. Helwend (Siswa kelas VIII SMPN 2 MDONA HYERA)


“Ingat dan kenangkan Niko Ngilamele bersama keluarga selalu bila sudah berjumpa dengan keluarga di kampung halaman. Doakanlah Niko Ngilamele selalu agar menerima masa depan yang lebih baik. Hidup ini bagaikan hujan di siang hari sama hal dengan kehadiran Bapak Ibu guru SM-3T yang hanya setahun mendidik saya sedangkan saya masih merindukan Bapak Ibu guru. Saya ingat kata Bapak Ibu guru memberikan kesan buat Niko Ngilamele saya harus belajar dengan giat agar meraih cita-cita Niko.
Selama Bapak Ibu Guru di Lelang, banyak pengalaman, banyak humor, keakraban saya dan keluarga yang tidak bisa dilakukan atas saya di kampung halaman.”
Dari Niko Ngilamele (Siswa kelas VII SMPN 2 MDONA HYERA)

 “Saya Menulis Kesan dan Pesan sepenuh hati dengan jujur tentang guru Bahasa Inggris.
Aku ingat ketulusan hati Bapak Guru yang sangat tulus kepada saya dan juga teman-teman semua. Bapak guru begitu baik dan menyayangi yang kami semua. Saat pertama kali Pa Guru masuk di kelas kami, saya sangat senang, melihat Pa. Betapa hatiku sangat senang saat mendapat bahasa Inggris dari Pa Guru,dan disaat saya tidak mengerti dan tidak tau.
Pa Guru ajarin saya untuk mengetahui dan saya pun di ajar berbahasa Inggris, jika ada yang salah dibenarkan. Dan saya membuat kesalahan saya dapat dimaafkan oleh Pa Guru. Kebaikan Pa tidak kan saya melupakan seumur hidupku dan jasa Pa Guru saya simpan di dalam hatiku.
Terimakasih ya Pa! Karna saya sudah pintar dan saya suda tau Bahasa Inggris itu karna Pa guru, walaupun saya tidak tau semuanya tetapi karna Pa Guru saya tau sedikit walaupun tidak sempurna. Kebaikan Pa, ketulusan Pa Guru, saya tidak tau harus membalas kasih Pa Guru itu seperti apa. Walaupun saya tidak kasi apa-apa namun saya selalu doa ini Pa Guru selalu.
Kini Pa Guru mau pulang ke kampung halaman. Saya berharap supaya Pa Guru pulang dengan selamat, bertemu kedua orang tua dan saudara-saudara Pa Guru dan makmur dan sejatra!
Pa yang saya minta tidak banyak, tetapi yang saya minta agar Pa Guru jangan melupakan namaku yang dijelek-jelekkan oleh orang, dan saya minta tolong Pa Guru titipkan salamku kepada saudara-saudara Pa Guru disana nanti. Sekian dan terimakasih.”
Dari Maria Miru (Siswa kelas VII SMPN 2 MDONA HYERA)