Perkembangan zaman yang semakin
pesat, ditandai dengan kemajuan teknologi dan informasi yang memudahkan
seseorang dalam melakukan aktivitasnya tanpa bantuan orang lain. Teknologi
komunikasi yang semakin hari semakin canggih, dengan gadget dan alat elektronik
sophisticated lainnya membuat manusia
dapat berkomunikasi dengan berbagai cara. Saat ini komunikasi tanpa harus face to face (bertatap muka secara
langsung) bukanlah hal mustahil untuk dilakukan. Media-media social networking seperti facebook,
twitter, BBM, whatsapp dan lain sebagainya perlahan tapi pasti mulai mengubah
gaya hidup manusia dalam berinteraksi.
Nyadran (Manganan) di desa Sumberarum, Bojonegoro |
Bahkan
kegiatan rapat atau musyawarah yang biasanya dilakukan dalam rangka menentukan
pilihan atau kebijakan sekarang telah banyak tergantikan fungsinya dengan
terbentuknya grup-grup lewat media sosial di facebook, BBM atau whatsapp. Salah
satu hal yang paling terkena dampaknya saat ini adalah semangat gotong royong
dalam masyarakat Indonesia.
Gotong royong
adalah suatu kegiatan yang dilakukan bersama-sama secara sukarela untuk
mendapatkan manfaat bersama. Sikap gotong royong lebih mengutamakan kepentingan
bersama dibandingkan kepentingan individu. Di kota kecil Bojonegoro, kegiatan
gotong royong adalah hal lumrah yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk
meringankan beban pekerjaan bersama-sama. Kegiatan kerja bakti lingkungan desa,
perbaikan jalan, pembuatan gapura, pembangunan tempat ibadah, serta
kegiatan-kegiatan lainnya.
Gotong royong warga dalam acara Sedekah Bumi di desa Wajik, Bojonegoro |
Namun, perkembangan
zaman yang semakin maju, dengan teknologi yang semakin canggih, membuat masyarakat
terutama pemuda-pemuda usia produktif, baik yang bermukim di kota maupun di
desa sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Hal ini membuat mereka mulai kehilangan
rasa kepedulian sosial terhadap masyarakat dan lingkungannya. Mereka merasa
cukup bahwa berinteraksi hanya menggunakan gadget.
Sikap gotong royong yang dulunya menjadi ciri khas masyarakat di Bojonegoro,
terutama para pemuda, sekarang mulai ditinggalkan. Mereka lebih senang
mengerjakan pekerjaan mereka sendiri (do individually)
dibandingkan bekerja bersama-sama (do
together). Sikap individualistis ini
berbanding lurus dengan hilangnya rasa kepedulian dan kebersamaan mereka dalam
masyarakat. Padahal, jika kita cermati, tentu sebuah pekerjaan akan menjadi
ringan jika dikerjakan bersama-sama. Ini persis dengan sebuah ungkapan, “sepotong lidi akan mudah patah dibandingan
seratus potong lidi yang diikat”.
Saat sekarang ini
sangat jarang kita melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama-sama oleh
suatu masyarakat dalam lingkungan. Event-event
kegiatan hari besar nasional seperti HUT RI, Hari Pahlawan, ataupun hari-hari
besar keagamaan yang biasanya dirayakan bersama-sama untuk mempersatukan
masyarakat saat ini juga tidak terlalu banyak diminati. Bahkan adat masyarakat
desa seperti mangangan, sedekah bumi,
kirab desa, dan budaya lainnya sudah mulai ditinggalkan.
Tokoh masyarakat yang biasanya aktif
mengajak warganya untuk bergerak, sekarang ini merasa kesulitan membuat
warganya bergotong royong. Bahkan sekedar berkumpul untuk bermusyawarah pun
sangat sulit. Hanya segelintir masyarakat yang umumnya sadar akan manfaat
gotong royong tergerak hatinya untuk ikut andil bagian. Padahal seandainya
gotong royong ini kembali digalakkan, sikap kebersamaan untuk saling peduli,
saling membantu, bertoleransi dan menghargai sesama warga masyarakat akan semakin
terbina.
Gotong royong warga desa Ngadiluhur, Balen, dengan anggota koramil setempat |
Sudah saatnya
semangat gotong royong ini kembali digaungkan di tengah-tengah masyarakat, baik
di desa maupun di kota. Bojonegoro merupakan daerah yang luas, dengan jumlah
penduduk besar yang tersebar baik di perkotaan dan di pedesaan, semangat gotong
royong akan menjadikan masyarakatnya semakin kokoh.
Oleh karena
itu, melalui artikel ini, saya mengajak warga khususnya para pemuda Bojonegoro agar
melestarikan semangat bergotong royong dalam lingkungan masyarakat. Jangan
mudah tergerus dengan perkembangan zaman dan globalisasi. Salam Bojonegoro
Matoh!
Rico
Ady Sya’bana
Pemuda
Bojonegoro
Guru
Bahasa Inggris SMP Insan Cendekia Mandiri Sidoarjo